Minggu, 06 September 2015

Pesta Yang Sungguh Menyenangkan

Pada awal tahun 2001 bulan Februari dimana aku saat itu mendapatkan liburan selama 2 minggu dari pekerjaanku, yang mana sebenarnya bukanlah liburan melainkan cuti yang kuminta. Dan sebelumnya ada seorang temanku yang mengajak untuk reuni dimana kami sudah tidak bertemu selama 5 tahun lebih dengan sibuknya kegiatan kami Masing-masing. Dengan cuti selama 2 minggu itu kumanfaatkan untuk bertemu dengannya di Bogor. Dan bertemu di villa yang telah disewa oleh temanku. Adapun kami berlima adalah Sonny, Dwi, Johan, dan Firman.
Singkatnya aku dijemput di bandara dan langsung ke villa mereka, sehari itu tidak ada kejadian yang menarik, dimana kami hanya bercerita mengenai Masa-masa SMU dulu dan banyak cerita-cerita mengenai betapa senangnya kejadian yang kami lalui. Namun keesokan harinya keempat temanku ini ada keperluan mendesak dikantor mereka, karena mereka satu kantor maka dengan terpaksa mereka meninggalkanku sendiri di villa. Hingga muncul kebosananku didalam villa yang lumayan besar itu, maka kuputuskan untuk melampiaskannya dengan berenang. Pada pukul 4 sore, aku pun siap berenang dan kupikir karena sendirian di villa maka aku tidak memakai celana renang untuk memudahkan.
Tak disangka tindakanku dilihat oleh beberapa pasang mata yang berada di atas villa temanku itu, selama 15 menit aku berenang tiba-tiba terdengar suara yang memanggil diluar pagar villa. Saat itu aku tidak berpikiran apa-apa dan kemudian dengan berbalut handuk yang menutupi senjataku, aku keluar untuk mengetahui datangnya suara tersebut. Setelah kuhampiri ternyata ada seorang wanita yang kuperkirakan masih SMU menanyakan apakah aku membolehkannya untuk ikut berenang. Spontan aku kaget.
“Koq tau kalo gue lagi berenang?”.
Lalu dia menjawab bahwa dari villa yang dia sewa dia melihat kalau aku sedang berenang. Lalu kuijinkan saja dia berenang, karena daripada aku bosan sendirian.
“Masuk aja deh, gue mau ke belakang dulu yah”.
“Makasih yah Om”.
“Jangan panggil Om deh, panggil aja Donny”.
“Iya Don”.
Lalu dia beranjak ke kolam renang, dari dalam kulihat dia meloloskan pakaiannya hingga topless alias bugil. Kupikir apakah dia melihat kalau aku berenang bugil, semula aku ingin memakai celana namun setelah melihat dia topless maka kuurungkan niatku lalu aku ikut ke kolam renang.
“Koq berenangnya bugil sih Neng”
“Ayu, nama gue Ayu. Jadi panggil Ayu aja yah, kayanya enak deh berenang bugil begini”, jawabnya sambil terus berenang.
Selama 5 menit kupandangi lekuk-lekuk tubuh Ayu, kutaksir payudara Ayu berukuran 34B dengan pinggul yang lumayan besar.
“Koq diam aja sih Don?” tanyanya sambil mendekatiku.
“Ngga apa-apa koq, emangnya sendirian di villa Yu?”
“Pada tidur tuh, cewe semua lho Don”, jawabnya sambil tersenyum.
“Lha kalo cewe semua kenapa emangnya”, tanyaku penasaran.
“Sapa tau ada yang disuka”, jawabnya lagi.
“Wah, gue mah suka nusuk cewe Yu”.
“Nusuk apa nih” tanyanya dengan mata yang melirik ke arah selangkanganku.
“Masa ngga tau sih Yu?”
“Ooohh, nusuk ini yang Don” katanya sambil menunjuk vaginanya.
“Iya Yu, soalnya enak sih kalo nusuk itu”
“Wah, Ayu jadi kepengen nih Don” jawabnya lagi dengan beranjak mendekatiku.
Setelah berkata demikian Ayu duduk diatas pahaku dan mulai melumat bibirku, dan akupun yang telah terangsang melihat lekuk-lekuk tubuhnya maka kubalas lumatannya. Selama 15 menit kami saling melumat dan mempermainkan lidah kami, Ayu mulai menarik handuk yang kukenakan dan terpampanglah senjata yang selama ini kubanggakan dalam menaklukkan cewe di ranjang.
“Wah Don, kontol loe gede and keras deh. Memek Ayu jadi gatel nih ngeliatnya”.
“Masa sih, mau digaruk ngga Yu?”.
“Mau donk, dari tadi dah gatel koq Don. Waktu Ayu lihat Donny berenang bugil”.
Dan tanpa pemanasan penisku langsung dimasukkan ke dalam vaginanya yang telah basah oleh lendir dan air kolam.
Slepp.. bless
“Ahh.. gila bener nih kontol”, jawabnya diiringi amblasnya penisku.
“Ayu.. Ayu.. Masa belum pemanasan dah langsung maen aja”.
“Abis dah ngga kuat nih”. sambil menjawab Ayu pun mulai menggoyangkan pantatnya.
Menerima perlakuan Ayu ini, aku hanya mengisap dan menyedot puting susunya dan kubiarkan Ayu yang bekerja.
“Donn, koonntoll loe bener-bener kerass..”.
“Memekk guee ampee kesemutann nih”, jawabnya di antara desahannya.
Karena kulihat Ayu sudah hampir mencapai puncaknya maka aku membaringkannya di tepi kolam renang dan mulai kugenjot memeknya dengan cepat dan dengan irama yang tidak beraturan. Nampak dari ekspresi Ayu bahwa dia sangat menikmati persetubuhan kami ini.
“Shh.. Shh.. Donn.. gguuee.. akhh”.
Datanglah puncak kenikmatannya dan kurasakan jepitan dan remasannya yang membuatku hampir tidak dapat menahan maniku sendiri.
“Enak yah Yu?”.
“Enak banget deh, tapi Donny belum keluar yah”.
“Istirahat dulu aja Yu”.
“Nggak ah, Ayu mau digaruk terus ama kontol Donny”, jawabnya.
Maka tanpa ragu-ragu aku kembali menggenjotnya dan kukejar puncak kenikmatanku sendiri, dan terasa sekali jepitan dan remasan memeknya selama kugerakkan penisku untuk terus ngebor memek Ayu dengan cepat.
“Shh.. Donn, yangg cepeett.. guuee dahh.. mauu.. keelluuaarr”.
“Barengann Yu”, jawabku.
“Shh.. Ayuu.. guee keluarr”.
Terdengar jeritan kami berbarengan dan kurasakan jepitan memeknya sekali lagi, setelah itu kami berdua berbaring setelah kulepaskan penisku dari lubang kenikmatan Ayu.
“Don, ntar malem gue ama temen gue kesini yah”, tanyanya.
“Boleh aja koq, tapi ntar napa-napa lagi?”, tanyaku.
“Lha, ngga apa-apa kan. Lagian gue bakalan kangen nih ama kontol loe ini”, jawabnya sambil meremas-remas kontolku.
“Terserah lah, daripada gue sendirian di sini”, jawabku.
“Ok deh, gue balik dulu yah”.
Ayu pun berdiri dan memakai bajunya kembali. Sebelum beranjak pulang ke villanya, dia memberikan ciuman sambil berbisik.
“Ntar malem kita pesta yah Say”, terlihat senyumnya.
Lalu aku pun Masuk kekamar mandi dan mulai mandi lalu memasak mie yang disediakan oleh teman-temanku. Pukul 7 malam, terdengar Ayu memanggil namaku.
“Donny sayang, bukain pintu donk” teriaknya
“Gila juga nih anak, belum apa-apa dah manggil-manggil sayang segala”, pikirku.
“Hai Say, ini Dewi, yang ini Senny, trus yang ini Susi”, setelah kubukakan pintu untuknya dan langsung disosor dengan perkenalan dengan temannya.
Kuperhatikan bahwa rata-rata mereka memiliki payudara yang hampir sama dengan Ayu sendiri, namun yang menarik adalah Susi karena di antara mereka berempat Susilah yang memiliki payudara terbesar.
“Wah, cantik-cantik nih.”
“Iya donk, kalo ngga mana mungkin Donny sampe senyum-senyum”, jawab Senny yang agresif.
“Yu, toketnya Susi gede banget sih” bisikku kepada Ayu.
“Ngga tau tuh make apa, tapi masih perawan lho”, jawabnya sambil tertawa.
“Masa sih, yang bener nih Yu?”.
“Tanya aja langsung ama orangnya”, jawab Ayu sambil Masuk ke villa dan diikuti oleh Dewi, Senny dan Susi yang menunduk karena mendengar percakapanku dengan Ayu.
“Sorry yah Sus, tapi koq bisa gede gitu sih?” tanyaku kepada Susi.
“Yah dari sononya sih”, jawabnya.
“Nah, hayoo dah ngaceng yah Don?”, tanya Senny yang membuatku sedikit malu.
“Hehehehehe, tau aja nih. Mau lihat nggak?”, jawabku sambil meremas-remas penisku sendiri.
“Iya mau donk, abisnya Masa Ayu doank yang dikasih”, jawab Dewi bersemangat.
“Bener-bener deh cewe-cewe sekarang, doyan amat sama kontol”, jawabku menggoda.
“Sapa suruh bikin gatel memek aja”, jawab Ayu yang dari tadi senyum-senyum.
“Yah terserah deh”.
Tanpa malu-malu mereka mulai membuka baju mereka masing-masing terkecuali Ayu dan Susi. Kulihat Ayu memasang sebuah VCD kedalam VCD player yang menampilkan adegan-adegan panas, sedangkan Susi hanya termenung memperhatikan kelakuan teman-temannya sehingga membuatnya untuk memilih duduk di tepi kolam renang.
Lalu Senny dan Dewi mulai mendekatiku dan mulai membuka pakaian yang kupakai, setelah pakaianku terlepas mereka hanya bisa senyum melihatku.
“Koq ngga pake CD, ntar masuk angin lho”, tanya Dewi
“Lha kan ada sarungnya disini, ada 3 sarung lagi”, jawabku.
Senny tampak tidak peduli akan perkataanku, dan dia langsung melumat kontolku yang Masi lemah dan belum bereaksi. Kuluman dan jilatannya sangatlah membakar birahiku.
“Senn, enakk bangett sedotan loe”.
“Hmm hmm”, jawabnya.
Kupilih untuk duduk dan menikmati jilatan dan sedotan mulut Senny, hingga membuat Dewi memberikan memeknya kedepan mukaku. Dan tanpa basa-basi kujilat dan kukulum memeknya yang berbau khas, kulumanku membuatnya menggoyangkan pantatnya ke mukaku hingga membuat mukaku basah karena lendir yang keluar dari memeknya.
“Sedoott iittill guee donkk”.
Kuturuti saja kemauannya dan kuberikan sedikit gigitan yang membuatnya semakin liar.
“Donn, guee keelluuaarr..”.
Kusedot semua cairan yang keluar dari memeknya, setelah itu kurasakan penisku mulai memasuki sebuah lubang hangat. Setelah kulihat ternyata Senny sudah tidak tahan untuk melumat penisku dengan memeknya, tampak ekspresinya yang sedang dilanda nafsu.
“Donn, gue entot duluan yah kontol loe”, tanyanya.
“Silakan aja sayang, perlakukan kontol gue semau loe”.
“Iya say, enak banget kontol loe.. keras and gede lagi”.
“Shh.. Yu, bener deh kata loe. Gue bisa ketagihan deh ama nih kontol”, jawabnya.
Kulirik Ayu yang terlihat sedang bermasturbasi memandangi kami dengan nafsunya.
“Shh.. ahh.. gilaa.. guee mauu keluarr”.
Lalu Senny pun orgasme, dan ternyata mereka sebelum datang ke villaku mereka bermasturbasi yang tertunda. Sehingga menyebabkan mereka cepat mengalami orgasme, setelah Senny orgasme kupandangi mereka dengan nafsu yang menggantung.
“Don, sini aja keluarinnya”, Ajak Ayu yang melihat tingkahku.
“Wahh, dah kebelet yah Yu?”.
“Kontol loe sih bikin gregetan, sini donk.. gatel banget nihh”, jawabnya di antara nafsu.
Kuhampiri Ayu dan kuminta dia untuk bermain doggie style.
“Ahh.. memek loe koq makin enak aja sih Yu”.
“Kontol loe juga Don”.
Kugenjot memeknya dengan pelan dan berirama karena aku ingin menikmati memek-memek SMU yang tidak pernah kudapatkan selama ini, Ayu pun tidak kalah buasnya mengimbangi permainanku.
“Donn.. Shh.. lebih cepet..”.
Kupercepat goyanganku dan selama 30 menit permainanku dengan Ayu, membuatnya orgasme dengan kenikmatan yang tidak dapat diungkapkannya. Namun Ayu tidak mau melepaskan kontolku begitu saja, dan dia menyuruhku duduk dan kuturuti maunya. Ternyata kuat juga si Ayu ini, dan kami pun memulai kembali pertempuran kami. Dimana posisi kami adalah aku memangku Ayu yang memamerkan punggungnya dan penisku tidak lepas dari memeknya yang sedang menggoyangkan badannya naik turun dan memutar-mutarkan pantatnya. Kuremas-remas payudaranya yang membuatnya semakin liar bergoyang.
“Ahh.. Donn.. dahh mauu keluaarr belumm?”, tanyanya.
“Bentar lagi say”, jawabku mendesah menikmati goyangannya.
“Guuee mauu keluarr lagii”.
“Tahan bentar sayy”, jawabku.
“Ahh.. ngga kuatt”, jawabnya disertai orgasmenya yang kedua.
Karena ingin kusemprotkan maniku sekali lagi, maka mulai kugenjot dia dengan keras dan cepat.
“Yu, didalam apa diluarr”
“Dalemm ajaa”
Crott.. crett.. crott.. sekitar 6 semburan mani kusemprotkan didalam memeknya.
Setelah itu, kubiarkan kontolku di dalam vagina Ayu. Dan tampak Susi sedang mengelus-elus selangkangannya sendiri dengan mata tak berkedip ke arah kami berdua.
“Yu, boleh ngentot ama Susi ngga?”, tanyaku.
“Tanya ama Susi aja” jawabnya sambil menjepit penisku seakan tidak rela penisku lepas dari vaginanya.
Kukeluarkan penisku dari vagina Ayu dan kudekati Susi yang menunduk ketika menyadari bahwa aku mendekatinya.
“Sus, mau kaya mereka nggak?”, tanyaku yang tidak mendapatkan jawaban.
Kutarik Susi memasuki ruangan tengah villa dan kulumat bibirnya dengan balasan yang tidak kuduga, lalu kususupkan tanganku kedalam celana pendeknya yang dimana CD Susi telah basah oleh lendirnya sendiri.
“Kerangsang yah Sus”, tanyaku diiringi elusan dan tusukan dari luar CD Susi.
“He-eh”, jawabnya.
Kami berdua saling melumat sambil berdiri, dan semakin lama kuelus vaginanya semakin basah CDnya. Lalu kuturunkan celana pendeknya dan CD-nya, sehingga memperlihatkan vaginanya yang belum pernah disentuh pria sebelumnya. Ketika Susi sadar, segera dia berusaha menutupi selangkangannya dengan tangannya, lalu kubuka lagi baju dan BH yang membalut tubuhnya sehingga dia mulai pasrah menerima perbuatanku.
“Gue ngga bakalan ngentot ama loe, kecuali loe yang minta”, ultimatumku kepada Susi yang sedikit membuatnya lega.
Kubaringkan Susi dikarpet lalu mulai kukulum payudaranya yang besar dan sedikit memberikan gigitan pelan, yang membuatnya tak sengaja memegang penisku.
“Shh.. shh”, desahnya pelan
Selama 10 menit aku bermain lidah dengan puting dan payudaranya, maka aku mulai membuka selangkangannya lalu kulumat habis vaginanya yang membanjir.
“Ahh.. Donn.. eennaakk”, desahnya tanpa malu-malu lagi.
kujilati dan kusedot itilnya yang membesar, dengan perbuatanku ini membuatnya orgasme.
“Ahh..”, jeritnya tertahan.
Tanpa kupedulikan orgasme yang melandanya, aku melanjutkan untuk menjilati dan menusuk vaginanya dengan lidahku.
“Ahh.. Donn.. truss.. truss..” .
“Yahh.. diisiituu.. enakk bangett”.
Selama menjilati vaginanya, aku memikirkan cara untuk membuatnya memohon untuk memasukkan penisku kedalam vaginanya.
“Donn.. masukkiinn Doon”
“Masukkin apa Say?”, tanyaku setelah menghentikan kegiatanku.
“Inii Don”, jawabnya sambil meremas penisku.
Kubuka kakinya dan mulai kuarahkan penisku, aku berusaha memasukkan penisku kedalam vaginanya namun selalu luput. Lalu kubuka bibir vaginanya dan mulai kumasukkan kepala penisku.
“Shhtt..”, desahnya ketika menerima sebuah benda yang masih terasa asing di dalam vaginanya.
“Tahan yah Say”, mulai kudorong penisku memasuki lubang vaginanya.
“Ahhkk.. sakitt”. jeritnya ketika kudorongkan penisku sekuat tenagaku kedalam vaginanya hingga amblas sepenuhnya. Lalu kubiarkan penisku didalam vaginanya agar Susi dapat menerima sepenuhnya.
“Shh.. gede yah Mas..”, jawabnya setelah bisa menerima penisku.
Karena remasan dan jepitan penisnya yang sangat kencang pada penisku, maka membuat aku bergerak memaju mundurkan pantatku.
“Shh.. pelan-pelan Mas”, desahnya.
“Iya Sus, memek loe perett. enak banget jepitannya”, jawabku.
Lalu terus kugenjot vaginanya dengan irama yang berbeda, kadang cepat kadang lambat.
“Akan kuberikan pengalaman yang tidak akan loe lupain Sus”, kataku.
“Shh.. Shh..”, jawabnya.
“Mass.. Susi mauu..”
Sebelum selesai berkata kucabut penisku, yang membuat orgasmenya tertunda dan terlihat sedikit kaget atas tindakanku. Lalu kubalikkan badannya dan mulai kupangku dengan posisi seperti pertempuranku dengan Ayu, lalu kumasukkan lagi penisku yang dengan antusias diterima oleh Susi dengan menghentakkan pantatnya turun ketika kepala penisku memasuki lubangnya.
“Ahh.. enaknya ngentot”, jawabnya diiringi senyum dari Ayu, Senny dan Dewi yang kecapaian.
Kubiarkan penisku didalam vaginanya tanpa gerakan sehingga membuat Susi mengerakkan pantatnya untuk memberikan kenikmatan baginya sendiri.
“Shh.. Mass.. entotin memek Susi Mass..”
“Susi mau ngerasainn orgasmee..” Desahnya disertai goyangan yang gencar.
“Ahh.. enakk” desahnya
Tanpa melepaskan penisku dari vaginanya, aku berdiri dan menghadap ke meja didekat kami sehingga posisi kami kini adalah doggie style. Lalu kugenjot dan kuentot vaginanya dengan gencar.
“Ahh.. Mass.. Susi mauu keluar lagi”, jeritnya.
Setelah 5 genjotan penisku
“Ahh..”, orgasme melandanya.
Namun aku tidak mau langsung menyelesaikan pertempuranku dengan Susi, karena aku masih ingin menikmati memeknya yang masih perawan.
“Udahh Mass.. ngilu memek Susi”, jeritnya yang tidak kuacuhkan.
Trus kugenjot memeknya yang semakin keras menjepit penisku
“Ahh.. Mass”
“Truss.. Mass.. yang cepett.. Susi dahh mauu”.
Terasa sekali lagi jepitan yang membuatku semakin tidak dapat menahan maniku sendiri.
“Suss.. Mas mau keluarr”.
Serr crott crett crett..
Sebanyak 7 kali semburan maniku. Lalu kupeluk dia dan kududukan Susi dalam pangkuanku
“Mas Donny nakal ihh.. Masa dah ngilu Masi digenjot”, jawabnya kesal.
“Abisnya memek Susi nikmat sih”, jawabku.
“Udah ahh..”, lalu Susi mulai berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
“Don, memek gue belum kemasukkan kontol loe nih”, Dewi mulai mendekatiku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.
“Koq dah basah lagi Wi”, tanyaku.
“Iya nih, abisnya loe ama Susi tuh bikin gue kepengen cepet-cepet dientotin ama kontol loe”, jawabnya.
Tanpa menunggu jawabanku, Dewi mulai mengenjot penisku dengan buasnya dan liar. Hal ini membuat kami berdua bertempur tanpa mempedulikan keadaan kami Masing-masing. Pertempuran kami diakhiri dengan semprotan maniku didalam memeknya disertai dengan orgasmenya.
Setelah itu kulirik jam dinding yang telah menunjukkan jam 12 malam.
“Wahh, makasih yang neng-neng yang sudah mau melayani aku selama 5 jam”, kataku ketika Susi keluar dari kamar mandi.
Setelah itu kami kekamar dan tidur berbarengan dengan tubuh masih bugil. Sekitar jam 3 subuh kurasakan bahwa penisku sedang diisap. Setelah kubuka mataku ternyata Susi dengan lahapnya menjilati dan menyedot penisku seakan penisku adalah ice cream baginya.
“Sus, mau lagi yah?”, tanyaku.
“Iya nih Mas, abisnya gatel lagi nih inget yang tadi”, jawabnya.
Lalu kuputuskan untuk bermain dikamar yang lain agar tidak membangunkan Dewi, Senny dan Ayu. Setelah kami sampai dikamar yang lain, Susi dengan bernafsu menjilati dan mengulum penisku. Lalu kuminta agar bermain 69, dan dengan senang hati Susi memberikan vaginanya untuk kujilati. Maka selama 15 menit kami saling menjilat dan kemudian dengan senyumnya yang manis Susi mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya yang sudah tidak mengalami kesulitan lagi.
“Mass.. koq makin lama makin enak sih kontol Mas di memek Susi”, tanyanya.
“Susinya kali yang kebelet ama kontol Mas”, jawabku menggoda.
“Abisnya Mas juga sih, ngentotin Susi, jadinya ketagihan deh”, jawabnya dengan diiringi gerakan yang membuat kami berpacu mengejar kepuasan.
Kali ini pertempuranku dengan Susi memakan waktu yang lama dan dengan berbagai variasi, sehingga menyebabkan kami mengalami puncak kenikmatan sebanyak 7 kali (untuk Susi) dan 4 kali untukku. Sungguh mengesankan Susi ini, pikirku. Lalu kami pun tertidur hingga siang hari.
Setelah pertempuranku dengan Susi yang semakin buas dalam urusan ranjang dan kuketahui bahwa Susi telah menjadi seorang hypersex setelah kuperkenalkan kenikmatan bersetubuh kepadanya. Hal ini menyebabkanku berpikir apakah aku telah melakukan kesalahan namun bagi seorang pria yang selalu mencari kenikmatan sepertiku ini mendapatkan cewe seperti Susi merupakan kebahagiaan tertentu dimana dengan rela menyerahkan mahkotanya yang paling berharga padaku.
Menjelang pukul 11 siang, telepon genggamku berbunyi karena kamar yang kupakai untuk bertempur dengan Susi memang merupakan kamar yang disiapkan oleh temanku bagiku. Dengan bermalas-malasan kuangkat telepon tersebut.
“Don, sorry yah. Kayanya gue pada baru bisa nyampe ke villa sekitar jam 8 malam”, kata Johan.
“Hah! Loe semua nggak salah. Ninggalin gue sendirian”, jawabku menyembunyikan keempat cewe SMU tersebut.
“Yah sorry lha, loe cari cewe aja disana buat nemenin loe”, jawabnya menggoda.
“Yah udah, asal jangan kaget aja kalo dah nyampe”, jawabku lagi.
“Ok deh, sampe ketemu ntar yah Don”
“Iya.. yah”, jawabku mengikuti iklan TV.
Lalu aku dan Johan tertawa, suaraku menyebabkan Susi terbangun.
“Mas Donny dah bangun yah?”.
“Ada telepon dari temen koq, tidur lagi sana”, jawabku.
“Nggak mau ah, Susi kepengen ngentot lagi”, jawabnya genit.
“Nah lho, koq jadi ketagihan nih”, godaku.
“Abisnya Mas Donny sih, ngajarin Susi ngentot”, jawabnya dengan tersenyum.
“Yah udah, Mas ke kamar mandi dulu yah”.
“Ikut donk Mas”, sambil beranjak dari ranjang.
“Eh iya Sus, mau ngerasain ngentot yang lebih enak nggak?”, tanyaku.
“Gimana tuh Mas, kalo enak pasti Susi mau”, jawabnya antusias.
“Sebelum ngentot kita berdua pipis barengan tapi kontol Mas ada di dalam memek Susi. Mau nggak?”, jawabku.
“Ihh, jijik ah Mas”.
“Ngga mau yah udah”.
“Iya deh, terserah Mas aja. Memek Susi kan udah jadi punya Mas”.
Setelah sampai di kamar mandi, aku mengangkat sebelah kaki Susi dan kumainkan kontolku di bibir memeknya sedangkan Susi dengan senang menerima dan mempermainkan kontolku ke memeknya. Hampir 5 menit kami bermain saling gesek kelamin.
“Mas, Susi pengen pipis”, rintihnya.
“Sebentar yah Say”.
Lalu kumasukkan kontolku ke dalam memeknya, yang langsung dijepit dan terguyur oleh air pipis Susi.
“Ahh, Mass”, jeritnya.
“Enak nggak Sus?”.
“Aneh juga rasanya pipis tapi ada kontolnya di dalam”, jawabnya.
“Sekarang Mas mau pipis di dalam juga boleh nggak?”.
“Pipis aja Mas, Susi pengen ngerasain air pipis Mas di dalam memek Susi”.
Lalu aku pun pipis dan terasa sekali guyuran hangat dari kontolku ke memeknya Susi yang diterimanya dengan menutup mata.
“Mass.. aneh tapi nikmat deh”, jawabnya
Lalu aku dengan sigap langsung mengenjot kontolku keluar masuk memeknya yang langsung membuat Susi mendesah nikmat sambil mengimbangi permainanku. Setelah 30 menit kami bermain dengan posisi berdiri maka aku membaringkannya di lantai kamar mandi dan trus kugenjot.
“Mass.. Susi dah nggak tahan”, desahnya.
“Keluarin aja, jangan ditahan”.
“Ahh.. ahh.. Mass”, jerit orgasmenya.
Aku tidak bosan merasakan jepitan memek Susi yang mengalami orgasme, namun tidak kuberikan kesempatan baginya untuk beristirahat dan trus kugenjot dia hingga Susi yang lelah menjadi bangkit lagi karena birahinya dan kami berdua mulai lagi mengejar puncak kenikmatan kami. Kontolku terus menerus menghujam memek Susi yang menerima dengan mengerakkan pantatnya untuk merasakan hunjaman kontolku yang seakan ingin ditelan olehnya. Lalu kami berdua mengalami orgasme kedua bagi Susi dan yang pertama bagiku.
Setelah itu kami berdua mandi dan keluar kamar mandi yang langsung disambut oleh Senny, Dewi dan Ayu yang langsung menyerobot kontolku untuk dilumat mereka. Sedangan Susi hanya bisa memandangi kelakuan teman-temannya yang menurutku sangatlah haus akan kontol. Untuk siang itu juga, aku akhirnya melayani mereka berempat hingga kami berlima kecapaian dan mungkin aku sendiri sudah tidak kuat untuk bangun. Melayani 4 cewe sekaligus tanpa beristirahat dan dalam waktu 5 jam merupakan hal yang telah melebihi batas kemampuanku, sehingga akhirnya kupilih untuk berbaring diranjang seperti orang sakit.
“Mas, nih makan dulu”, Terdengar Susi menyuruhku makan.
“Ahh cape Sus”, jawabku.
“Heheheheh, Mas juga sih ngentot terus. Sini Susi suapin”.
Saat itu kurasakan kasih sayang dari Susi kepadaku, yang mana jarak umur kami terpaut sangat jauh. Namun Susi seakan tidak peduli Masalah umur kami ini. Dan aku juga sebenarnya tidak mau Susi menjadi begini.
“Sus, Mas minta maaf yah”, kataku.
“Lho, koq jadi minta maaf sih. Emangnya Mas salah ama Susi?”, tanyanya.
“Iya, Mas sudah salah. Mas salah ngajarin Susi ngentot”, katanya menyesal.
“Mas.. nggak usah minta maaf Mas, Susi senang koq diajarin ngentot ama Mas. Tapi Susi janji ama Mas kalo Susi nggak bakalan ngentot ama siapapun kecuali Mas”, jawabnya menunduk.
“Kenapa?”.
“Karena.. Susi.. sayang ama Mas”, jawabnya sedikit terisak.
“Koq bisa Sus, Susi kan tau Mas ini orangnya gimana?”.
“Susi tau koq, Mas punya kontol yang selalu bikin cewe-cewe ketagihan dan mungkin dah beberapa ratus memek yang Mas rasain. Tapi Susi tetap sayang ama Mas”.
“Jangan begitu Sus, mungkin suatu hari nanti Susi akan mendapatkan seseorang yang menyayangi Susi seperti Susi menyayangi Mas. Mas nggak pantas mendapatkan kasih dari Susi. Karena Mas hanya seorang pengembara yang mencari sex saja”, jawabku.
“Mas, nanti jam 7 kita mau pulang. Boleh nggak Susi minta dientotin sekali lagi?”, tanyanya.
“Terserah Susi lah”.
Lalu kamipun bermain lagi, namun kali ini Susi lebih aktif dan liar dalam mengapai kenikmatannya yang kusadari bahwa dia tidak rela meninggalkanku atau aku meninggalkannya. Susi membuat dirinya seperti tersiksa dalam birahinya dan kegalauannya yang membuatnya bergerak-gerak tanpa peduli kondisiku yang mungkin akan mengalami kesulitan menikmati permainannya dan Susi telah mengalami orgasme yang ke-4 kalinya. Dan terlihat air mata yang mengalir dari kelopak matanya, sehingga aku pun menjadi kasihan padanya sehingga aku memutuskan untuk memberikan kesan yang terakhir diantara kami dalam villa ini.
Kusetubuhi Susi dengan penuh kelembutan yang membuatnya menjadi tenang dan merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya. Hingga akhirnya kami berdua mengalami orgasme yang menyudahi permainan kami.
“Mas. Ini nomor telepon Susi. Telepon yah Mas”, diberikannya secarik kertas kepadaku sambil mencium bibirku.
Setelah itu mereka pun akhirnya pulang ke rumah dengan perasaan mereka masing-masing. Namun akhirnya aku tenggelam dalam kesendirian lagi kala mereka pergi, hingga menjelang pukul 10 malam, teman-temanku pun akhirnya datang dengan membawa beberapa wanita yang entah darimana mereka dapatkan. Karena aku tau bahwa wanita-wanita tersebut bukanlah pacar maupun istri mereka. Namun aku tidak peduli dan karena aku memang sudah capai melayani 4 cewe SMU dan gairah mengebu-gebu dari Susi sendiri. Hingga aku memutuskan untuk tidur dan tidak mempedulikan desahan dan jeritan-jeritan mereka.
Hingga akhirnya batas menyewa villa tersebut habis dan kami pun pulang dan aku berpamitan untuk pulang.
“Gue anterin yah ke airport?”, tanya Johan.
“Ngga usah deh, loe juga dah cape. dari kemaren ngentot melulu. Sekarang mau nganterin lagi” jawabku menggodanya.
“Heheheheh, tau aja loe Don”, jawabnya.
Yah udah, ntar gue turunin di tengah jalan aja deh loe”.
“Dasar loe, turuWid gue tuh di tempat yang bikin gue gampang ke airportnya donk. Masa seenak jidat loe aja nurunin gue. Ntar gue laporin ke cewe loe nih”, ancamku disertai tawa riang kami semua.
“Iya deh, anggap aja gue takut ama loe”.
“Rasain loe” jawabku.
Setelah itu akupun diturunkan di terminal bis yang akhirnya kuputuskan untuk menelepon Susi, yang dengan senangnya menerima teleponku dan mengajak aku menginap di rumahnya yang kosong karena orang tuanya sedang pergi keluar kota selama seminggu yang memang batas cutiku juga akan habis seminggu lagi. Hingga akhirnya pertarungan kami pun semakin hari semakin menguras tenaga kami berdua dan Susi juga harus pergi ke sekolah untuk belajar. Namun Senny, Dewi dan Ayu pun tidak mau ketinggalan merasakan kembali kontolku menggaruk memek mereka, akan tetapi Susi tidak keberatan kontolku dirasakan mereka bahkan Susi mengajak teman-temannya yang haus akan kontol untukku.
Dia mengatakan bahwa semakin banyak cewe yang merasakan kontolku ini, maka itu membuktikan bahwa kontolku memang patut disukainya. Sekarang ini Susi bahkan rela menelan maniku dan sangat menyukai kontolku melebihi segala sesuatu yang ada padannya. Dan hampir tiap ada waktu maka kami akan melakukannya, baik itu di kamar mandi, di ranjangnya, di kamar orang tuanya bahkan aku pun mendapatkan pesta yang lebih melegakan dalam hidupku yaitu berpesta sex sekali lagi dengan mereka berempat ditambah dengan 2 orang teman Susi yang telah merasakan kontolku ini.
Pada saat 2 hari menjelang kepulanganku Susi membawa seorang temannya yang menurutku sangat cantik dan tidak kalah dengan Susi sendiri ke rumahnya.
“Mas ini teman Susi, namanya Vina”
“Donny”, sambutku.
“Vina”, jawabnya malu-malu.
Pada saat itu aku tidak mengerti kenapa Susi membawa Vina ke rumahnya dan kupikir mereka akan mengerjakan tugasnya. Namun tak kusangka dengan buasnya diterkamnya diriku di depan Vina yang sama sekali tidak berkedip menatap kami berdua yang saling memagut dan mendesah-desah.
“Mas, Vina minta diajarin ngentot tuh”
“Kenapa mesti Mas”
“Susi cerita ama dia, kalo kontol Mas paling top”, jawabnya di antara desahannya.
Setelah Susi mengalami orgasme maka akhirnya kupandangi Vina yang terangsang karena dari tadi kulihat dia ingin sekali mengelus-elus selangkangannya namun diurungkan niatnya. Hingga akhirnya aku mendekatinya dan kubuka semua pakaiannya dibantu oleh Susi dan kusetubuhi Vina dengan pertolongan Susi pula karena memek Vina berbeda dengan memek-memek perawan yang pernah kurasakan, jepitan memek Vina sangat khas dan membawa kenikmatan tersendiri.
“Mas.. bener kata Susi. Kontol Mas bener-bener top”
“Ahh.. nikmatin aja Vin” Jawabku
“Ahh.. Mas.. Vinaa mauu kelluarr”.
akhirnya dia mengalami orgasmenya pertama dalam hidupnya dan kusetubuhi Susi kembali untuk mendapatkan orgasmeku. Selama 2 hari itu aku bersetubuh dengan Susi dan Vina yang mana mereka berdua sepakat menjadi kekasih gelapku.

Staff admin untuk rame-rame

Ketika menyaksikan Berita TVOne dan menyaksikan pembawa berita dari biro Surabaya yang bernama Hentty Kartika, aku teringat wajah staff adminku. Wajah dan potongan rambut Hentty Kartika sama persis dengan wajah staff adminku bahkan kalau boleh dikatakan mirip dan kembar, dengan potongan tubuh yang juga kira-kira sama, mungil.
Dan ketika staff adminku sudah telanjang gambarannya seperti berikut :
Aku mencoba menceritakan kejadian yang benar-benar aku alami. Tapi disini aku coba samarkan nama Tokoh dan tempatnya. Dan untuk menjaga kejadian yang tidak diharapkan dikemudian hari aku minta untuk tidak mencantumkan alamat email ini.
Perkenalkan aku, Danang, laki-laki, 30 tahun, bekerja disalah satu Perusahaan Pembiayaan (leasing) PT.KF, lokasi di kota T di Propinsi Jawa Tengah dan menjabat sebagai Kepala Kantor (unit). Ada tiga staff dikantorku yaitu Ari, laki-laki, 27 tahun, sebagai staff kolektor; Heri, laki-laki, 27 tahun, juga staff kolektor dan staff adminku yang merupakan satu-satunya perempuan dikantorku, Rofi, 24 tahun, lajang.
Kondisi kantorku, menghadap jalan raya, sebelum masuk halaman parkir dengan luas 6X10 meter harus melalui pintu gerbang yang tidak selelu kami buka sepenuhnya paling kami buka selebar sepeda motor bisa masuk. Bangunan kantor kami ditutup dengan rolling door dari aluminium karena dinding depan kantor kami adalah dinding kaca tebal yang dilapisi dengan lapisan kaca film gelap jadi hanya kami yang bisa menyaksikan suasana diluar tapi dari luar tidak bisa melihat kondisi didalam. Masuk keruang tamu seluas 6X4 meter terdapat ruang tunggu dengan sofa lengkap dengan bantalnya. Sekat antara ruang tamu dengan ruang kantor juga dinding kaca tebal dengan tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter. Ruang kantor seluas 6X15 meter terdapat meja kerja kami bertiga lalu meja meeting yang terdapat ditengah ruangan kemudian ada ruang untuk istirahat agak dibagian belakang kemudian kamar mandi dan dapur yang bersebelahan dan diujung ruangan agak tersembunyi dari pandangan ada pintu yang menuju halaman atau bagian belakang kantor yang menuju jalan perkampungan dengan akses menuju warung-warung atau pasar. Biasanya jika saatnya mau makan dan istirahat kami melalui pintu tadi untuk cari makanan.
Cerita ini berawal sekitar bulan Maret 2006 diawal bulan dimana kantorku mendapat staff admin yang baru karena admin yang lama mengundurkan diri karena menikahdan ikut suaminya yang PNS pindah kekota lain.
Pagi itu datanglah admin baru kami, Rofi, dengan gambaran yang sudah aku ceritakan sebelumnya, dia sangat cantik bagi kami yang memang jarang melihat wanita cantik di kota kecil seperti kota tempat kantorku bekerja.
Satu bulan berjalan sejak Rofi datang dikantor ku suasana semakin segar dan tidak membosankan karena selalu ada canda setiap hari antara kami berempat. Dan suasana seperti itu sangat bisa mencairkan suasa tegang dan kami bisa lebih bebas dalam bercanda. Sampai gurauan kami kadang menjurus kemasalah seks.
Hari itu Rabu, seperti biasa kerjaan dikantor sepi sedangkan tagihan sedang susah karena banyak nasabah yang minta tempo pembayaran. Kami berempat seperti biasa duduk-duduk dikantor. Aku, Ari dan Heri baru selesai membuat kopi karena udara terasa dingin maklum kota kami berada didaerah pegunungan. Ari dan heri duduk dikursinya sendiri-sendiri, sedangkan Rofi sedang menyelsaikan laporan-laporan dengan komputer. Ari menyalakan rokok sedang Heri sibuk dengan ponselnya, berSMS ria. Sesekali Rofi melihat ponselnya karena ada SMS yang masuk,beberapa kali Rofi membalas SMS tadi dengan wajah agak muram dan sedikit terlihat malu.
Beberapa saat berlalu dan terjadilah kejadian yang tidak aku duga sama sekali dan aku hanya bisa terdiam menyaksikannya .
Heri langsung memeluk Rofi dari belakang. Ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Rofi yang jenjang, tengkuk indah itu memang hari itu terpampang tanpa penghalang karena rambut Rofi memang dipotong pendek. Entah karena apa, Rofi hanya manut saja membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. Bahkan lebih dari itu!
Kini Heri dan Ari mulai melucuti pakaian Rofi satu demi satu. Mulai dari blazer, blouse kemudian celana panjang ketat putih yang dipakai Rofi kini berceceran di lantai. Kini tinggal bra dan celana dalam warna putih saja yang melekat di tubuhnya.
Heri dan Ari tertegun memandangi tubuh Rofi yang setengah telanjang itu, beberapa saat mereka membiarkan Rofi dalam keadaan seperti itu, mereka menikmati dulu pemandangan Rofi yang setengah telanjang berdiri dihadapan mereka sambil mengerjakan pekerjaan kantornya sambil sesekali tangan Heri dan Ari bergerilya diselutruh tubuh Rofi yang putih muluskadang jari-jari mereka menyelinap dibalik bra dan celana dalam Rofi sebelum kemudian Heri memerintahkan Rofi untuk membuka semua sisa penutup tubuhnya hingga tak lama kemudian Rofi telah benar-benar telanjang bulat. Rofi hanya berdiri pasrah di hadapan Heri dan Ari. Sungguh sangat cantik Rofi dalam keadaan polos seperti itu. Rofiyang memiliki wajah baby face dengan kulit yang benar-benar putih bersih, dengan payudara yang boleh dibilang tidak besar (Bra size 32C) dengan tinggi badan yang hanya sekitar 160 cm, belahan bukit kembar dengan puting susu coklat kemerahan itu menggelantung bebas dan berguncang lembut mengikuti irama nafasnya. Turun ke bawah terdapat perut yang rata dengan rambut tipis di pangkal pahanya yang tidak begitu lebat hingga samar-samar terlihat belahan bibir bawahnya yang berwarna merah muda.
Heri dan Ari kini tidak sabar lagi, buru-buru mereka melucuti pakaiannya sendiri hingga kini Heri, Ari dan Rofi sama-sama telanjang bulat. Heri dan Ari segera menghampiri Rofi yang masih berdiri dipinggir meja kerjanya sekali lagi mereka menjamah semua bagian tubuh Rofi yan kini telanjang bulat mereka bermain-main dulu dengan benda-benda pribadi milik Rofi,payudara,pantat,dan belahan daging yang terselip di paha. Heri segera membimbing Rofi ke arah meja kerjanya dan merebahkan tubuh Rofi terlentang di atas meja. heri segera berdiri di samping meja sebelah tubuh Rofi dan membenamkan wajahnya ke dalam belahan payudara Rofi. Mulutnya dengan gemas menciumi kedua pucuk puting susu Rofi bergantian. Lidahnya ikut mempermainkan kedua putingnya sambil kedua tangan Heri meremas-remas kedua bukit itu terus-menerus.
Sementara itu Ari dengan tak sabaran membuka kedua selangkangan Rofi lebar-lebar, dan menemukan belahan bibir mungil yang ada diantaranya. Dengan jari-jari tangannya ia membuka belahan bibir itu hingga menganga dan segera menjulurkan lidahnya ke dalam untuk menjilati bagian dalam dinding vaginanya. Tubuh Rofi menggelinjang dan dari mulutnya keluar suara dan desahan nafas tertahan setiap kali lidah Ari menyapu setiap permukaan dinding yang sekarang mulai basah. Dan ketika lidah Ari menemukan sebongkah daging kecil di bagian atas liang itu dan menggelitiknya, tak tertahankan lagi tubuh Rofi menggelinjang lebih hebat dan ia mengerang tertahan.
Hanya beberapa saat saja Ari membenamkan wajahnya di selangkangan Rofi dan Ari sudah merasakan bahwa vagina Rofi sudah sangat basah. Maka Ari tak membuang kesempatan, ketika Heri sedang sibuk menciumi bibir Rofi dan meremasi kedua payudaranya, Ari dengan tergesa-gesa merenggangkan kaki Rofi lebar-lebar, dan menekankan kejantanannya ke dalam liang senggama yang sudah sangat siap menerima penetrasi itu. Maka dengan mudah Ari mendorongkan miliknya sampai masuk semua ke dalam vagina Rofi disertai dengan pekik tertahan yang keluar dari mulut Rofi, tidak begitu jelas memang karena mulutnya tersumbat mulut Heri.
Dengan posisi berdiri dipinggir meja kerja Rofi kini Ari mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur menekan bagian bawah perut Rofi. Ia dengan leluasa memompa tubuh Rofi yang terlentang di hadapannya. Sementara kedua kaki Rofi diangkat dan diletakkan di atas pundak Ari, hingga ia bisa menekan lebih dalam lagi dengan posisi seperti ini.
Sementara Heri yang mulai merasa tidak leluasa mencumbui Rofi karena badan Rofi yang selalu berguncang-guncang mengikuti gerakan pinggul Ari, mengalah dan duduk di sofa sambil menonton adegan itu, sambil sekali-sekali tangannya mempermainkan batang penisnya sendiri yang sudah sejak tadi berdiri tegang.
Hampir sepuluh menit berlalu dari saat Ari melakukan penetrasi pertamanya ketika ia makin mempercepat dan memperkeras goyangan pantatnya hingga makin membuat Rofi mengerang tak berkesudahan, dan tiba-tiba Ari mencabut batang penisnya dari dalam vagina Rofi, tubuh Ari mengejang di atas tubuh Rofi. Ia menyemburkan air maninya diatas perut Rofi dengan derasnya. Beberapa saat kemudian setelah nafasnya mulai teratur kembali, Ari memisahkan diri dari tubuh Rofi dan berjalan ke arah kursi dan duduk di sisi Heri.
“Wah, luar biasa Rofi….!” katanya sambil menyalakan sebatang rokok.
“Giliranmu Her…” katanya sambil menoleh ke arah Heri.
Heri yang sejak tadi sudah tidak sabar, segera berdiri dan berjalan ke arah Rofi yang masih terlentang di atas meja kerjanya. Bahkan posisinya sampai sekarang belum berubah, kedua belah kakinya masih mengangkang lebar, hingga tampak terlihat jelas bibir bawahnya yang masih membengkak dan menganga.
Heri menarik tubuh Rofi dari atas meja kerjanya hingga kini Rofi terduduk di kursinya, wajahnya persis menghadap ke selangkangan Heri yang berdiri di depannya. Dengan sekali rengkuh ia menarik kepala Rofi dan mejejalkan batang penisnya ke dalam mulut Rofi. rofi sekarang melakukan oral pada Heri. Rofi terlihat jago dalam hal satu ini langsung membuat Heri merem melek keenakan. Ia sesekali mengerang, “Aahh… Jago sekali Rofi nyedotnya, kamu musti nyobain Ar!” Heri berkata sambil menoleh ke arah Ari yang sedang duduk dikursi mengumpulkan tenaga.
Rofi yang terduduk dikursinya terus memainkan bibir, mulut dan lidahnya untuk mempermainkan batang penis Heri. Caranya ia menghisap kepala penis yang makin lama makin licin dan berubah warna menjadi merah tua keunguan itu pasti tidak pernah dilupakan oleh Heri. Belum lagi kepalanya yang ikut bergerak-gerak maju mundur mensimulasikan gerakan senggama kepada batang penis yang berada di dalam mulutnya itu.
Entah sudah berapa lama Rofi mengulum penis Heri, ketika akhirnya Heri melepaskan diri dan menarik tubuh Rofi berdiri dan menariknya ke pinggir meja kerja Rofi menghadap Ari. Lalu dari belakang Heri memasukkan batang penis miliknya ke dalam vagina Rofi dengan sekali sentakan halus hingga amblas seluruhnya ke dalam. Terasa benar liang itu sangat licin dan hangat. Dan kemudian Heri mulai mengerakkan pinggulnya maju mundur sementara kedua tangannya memegang pinggul Rofi untuk membantu menggoyangkannya berlawanan dengan arah gerakan pinggul Heri yang maju mundur. Kemudian Heri mengangkat kaki kanan Rofi dan meletakkannya diatas meja dan dengan posisi anjing kencing sekarang vagina Rofi makin terbuka dan Heri semakin kencang dalam menggoyangkan pinggulnya maju mundur membombardir vagina Rofi.
Stamina Heri sungguh bagus, hampir sepuluh menit ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan disertai hentakan-hentakan kasar. Rofi benar-benar mengerang-erang tak berkesudahan digagahi dengan cara seperti itu. Nikmat, geli dan kadang-kadang ngilu bercampur jadi satu. Apalagi batang kejantanan Heri termasuk besar hingga terasa sekali benda itu begitu penuh dan menguak lebar vaginanya.
Tiba-tiba Heri memisahkan diri dan menarik tubuh Rofi dan memaksanya berjongkok di hadapannya, ia kemudian menjejalkan kembali batang penisnya ke dalam mulut Rofi, hampir bersamaan dengan itu Heri memuntahkan air maninya ke dalam mulut Rofi. Air maninya menyembur dengan deras sekali dan tidak tertampung oleh mulut Rofi yang mungil hingga meluap keluar, meleleh ke dagu dan menetes ke bawah membasahi belahan payudaranya. Bisa dipastikan sebagian air mani itu pasti telah tertelan oleh Rofi, dan ketika akhirnya Heri mengeluarkan penisnya dari dalam mulut Rofi, muntahan air mani itu segera berhamburan keluar dari dalam mulut Rofi karena memang sangat banyak dan Rofi tidak sanggup menelan semuanya. Kini wajah bagian bawah Rofi berlepotan lendir lengket berwarna putih susu.
Sehabis itu, masih dalam keadaan telanjang Ari dan Heri kemudian membimbing Rofi ke dalam kamar mandi untuk memandikannya. Kedua laki-laki itu membersihkan semua lendir yang berada di selangkangan dan wajah Rofi sambil memandikannya. Namun kemudian, kedua laki-laki itu sekali lagi menggagahi Rofi di pintu kamar mandi bergantian. Sekali lagi Rofi digilir di pintu kamar mandi dalam keadaan berdiri menghadap keluar kamar mandi pertama oleh Ari, dan ketika Ari selesai mencabut batang penisnya ia langsung digantikan oleh Heri yang juga langsung memasukkan batang kejantanannya dari belakang tanpa pemanasan lagi. Baru sesudah Heri selesai, mereka benar-benar memandikan Rofi sampai bersih sebelum kemudian mereka kembali berpakaian dan kembali duduk dikursi mereka masing-masing sambil menyalakan rokok. Aku hanya terdiam menyaksikan kejadian itu dan sambil memperhatikan Rofi yang kini memunguti kembali pakaiannya, bra dan celana dalam untuk kembali dikenakan. Terlihat raut wajah lelah Rofi setelah disetubuhi Heri dan Ari. Sesaat setelah semuanya terhening Heri menceritakan siapa Rofi sebenarnya. Ternyata Rofi memang gadis yang bisa dipakai seperti itu bahkan sebelum masuk kekantorku Rofi juga sudah seperti itu. Hal itu ternyata diiyakan oleh Rofi. Dan ketika Heri dan Ari mengetahui hal itu merekapun ingin measakan tubuh Rofi dan hari itu keinginan mereka kesampaian.
Hari Sabtu, biasa kami hanya masuk sampai jam 12 siang kemudian pulang. Dan hari itu adalah hari santai karena tidak banyak pekerjaan yang kami kerjakan. Jam menunjukkan pukul 09.30, kami berempat sedang berbincang seperti biasa dikantor sambil diselingi gurauan dan tertawa. Terlihat Rofi sambil mengerjakan pekerjaannya di depan komputer.
Singkat kata, aku diajak duduk di ruang tamu oleh Ari dan Heri sementara Rofi melanjutkan pekerjaannya, pintu antara ruang tamu dengan ruang kantor sengaja dibiarkan terbuka lebar. Heri mengatakan kalau hari ini Yan Dan Ganung dari leasing AF akan datang berkunjung sekedar main. Kami bertiga pun duduk menunggu. Sekitar seperempat jam kemudian terdengar suara motor datang ternyata mereka berdua, Yan dan Ganung. Setelah mempersilahkan mereka duduk kamipun melanjutkan pembicaraan tentang kantor kami masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara Ari yang tanpa sungkan-sungkan meminta Rofi melepas pakaiannya. Hari itu Rofi mengenakan kaos biru ketat dan celana jeans yang juga sangat menggambarkan keindahan lekuk tubuhnya yang mungil. Sesaat kemudian terlihat Rofi sudah berdiri dipintu antara ruang tamu dengan ruang kantor sambil bersandar memandang kami berlima yang duduk di sofa ruang tamu. Kemudian Heri danAri berdiri menghampiri Rofi dan mereka langsung menggerayangi sekujur tubuh Rofi yang disandarkan ke tembok. Tangan Heri dan Ari segera melucuti semua pakaian luar yang dikenakan Rofi hingga Rofi kini cuma mengenakan bra dan celana dalam mini warna biru. Yan dan Ganung cukup terkejut ketika melihat Rofi untuk pertama kalinya dalam keadaan setengah telanjang hanya mengenakan celana dalam plus bra, jelas kedua potong pakaian dalam itu menunjukkan kemontokan pantat serta payudaranya. Yan dan Ganung seperti terperangah dengan kemolekan tubuh Rofi yang mungil setengah telanjang.
Seperti telah mendapat kode dari Ari dan Heri, Yan dan Ganung segera menghampiri Rofi yang kini berdiri dalam keadaan setengah telanjang.
Sesaat kemudian Yan mulai memeluk dan menciumi Rofi dari belakang. Ganung yang berjongkok memulai mencium dari paha kemudian ke pantat, sedangkan Yan meremas-remas payudara Rofi serta menciuminya, sementara Ari dan Heri memilih duduk kembali di sofa sambil menonton kedua rekannya mengeroyok Rofi. Tidak tahan hanya melihat Rofi memakai celana dalam dan bra, Ganung mulai menarik celana dalam mini Rofi dari belakang dan perlahan-lahan menurunkannya, sehingga sekarang pantat Rofi yang montok jelas terlihat. Pada saat yang sama, Yan melepas bra Rofi hingga kedua buah payudara Rofi menggelantung bebas tanpa penghalang lagi dan segera disambut oleh Yan dengan menjilat-jilat puting susunya.
Sesaat kemudian Yan melepas semua bajunya dan kemudian mengangkat tubuh molek Rofi ke atas sofa ruang tamu. Sementara Ganung menyambut tubuh Rofi di atas sofa. Rofi terlentang di sofa dengan kaki terbuka lebar, kepalanya sekarang berada di pangkuan Ganung. Rofi merintih-rintih karena kemudian Yan menjilati dan menghisap klitorisnya. Tampaknya tubuh Rofi tidak bisa menolak kenikmatan yang diberikan Yan, tak berapa lama kemudian vagina Rofi yang sekarang sudah cukup basah dengan mudah menerima penis yan. Kaki Rofi diangkat, dilingkarkan ke tubuh Yan pada saat dia menggoyang naik turun.
Kira-kira lima menit, Yan mempercepat goyangannya dan tiba-tiba mencabut penisnya dari dalam vagina Rofi. “Tunggu dulu, aku belum mau keluar. Kamu terlalu cantik untuk dilewatkan sesaat, jadi harus dinikmati dengan waktu yang cukup lama..”
Yan kemudian mengangkat tubuh Rofi dan memposisikannya doggy style dengan perut diganjal bantal sofa ruang tamu dan pantat menghadap ke atas. Sekarang keindahan pantat Rofi benar-benar terlihat, tidak satu orang pun yang tidak terangsang melihat Rofi pada posisi tsb. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Yan membimbing penisnya masuk ke dalam vagina Rofi yang masih basah dan tampak berwarna pink muda. Kedua tangan Yan memegang pantat Rofi, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Yan mengelus-elus pantat Rofi dan sesekali meremas payudara Rofi dari belakang.
Beberapa menit kemudian, Yan kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Rofi. Jadi sekarang persis seperti naik kuda lumping, kedua tangan Rofi dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama. Akhirnya Yan tidak lagi bisa mempertahankan, dia lepaskan batang penisnya dari dalam vagina milik Rofi dan memuntahkan spermanya diatas pantat Rofi Rofi disertai erangan kenikmatan. Tampak cairan putih kental berceceran diatas pantat Rofi cairan putih tsb mengalir ke paha Rofi dan menetes di atas sofa. Beberapa detik kemudian tiba-tiba badan Yan didorong oleh Ganung, “Gantian dong, sekarang giliran aku….”
Rofi dibimbing masuk ke dalam kamar mandi . Ganung dengan bersemangat membersihkan tubuh Rofi, terutama di bagian kemaluannya. Ganung yang sudah telanjang bulat dengan penis tegang, meminta Rofi untuk melakukan oral sex. Rofi menuruti saja kemauan Ganung, bahkan dia memperlakukan batang penis Ganung seperti ice cream batangan yaitu dengan menjilati bagian kepala penis dan dilanjutkan dengan ‘deep troath’. Aku sudah menceritakan bagaimana lihainya Rofi dalam permainan ini, hingga tidak usah dijelaskan lagi bagaimana nikmat yang dirasakan oleh Ganung dengan pelayanan Rofi seperti itu. Rofi kemudian disetubuhi Ganung dengan berdiri dari belakang di pintu kamar mandi. Kedua tangan Ganung meremas-remas payudara Rofi, sedangkan pinggulnya bergoyang dengan cepat. Goyangan ini bertahan selama hampir sepuluh menit, sebelum akhirnya dicabut. Pada saat bersamaan Rofi diposisikan berlutut menghadap Ganung. Sekali lagi Rofi melakukan oral sex, tapi kali ini tidak lama. Hanya dengan beberapa hisapan, penis Ganung menyemburkan isinya ke dalam mulut Rofi serta wajahnya. Rofi kembali menelan air mani, kali ini dari penis Ganung. Sama seperti tadi, sebagian air mani ini juga meluap keluar dari dalam mulut dan berlepotan di wajahnya.
Ganung kemudian meneruskan membersihkan badan Rofi dan akhirnya membimbingnya keluar kamar mandi. Ari yang rupanya telah membongkar isi tas kerja Rofi menemukan celana dalam mini warna merah dan bra merah cadangan serta blazer+blouse juga rok span warna pink yang sengaja dibawa Rofi. “Ayo sekarang kamu pakai celana dalam sama bh juga baju sama rok yang ini dan menunggu kedatangan teman-teman kita yang lain.” perintah Ari pada Rofi.
Ari, Heri, Ganung dan Yan sekarang duduk berhadapan dengan saya di ruang tamu. Mereka mengajak saya kembali ngobrol mengenai perusahaan. Aku sangat terkejut ketika melihat Rofi dari pintu yang terbuka , dalam keadaan telanjang bulat dia mengenakan pakaian yang diminta Ari. Rofi tampak begitu seksi dan merangsang dengan keadaan telanjang seperi itu.
Beberapa saat terdengar lagi suara motor yang datang. Ternyata Santo dan Hadi dari leasing F. Segera mereka duduk bergabung dengan kami sementara itu didalam ruang kantor Rofi sudah selesai berpakian. Dan sekali lagi setelah mendapat kode dari Heri dan Ari, Santo dan Hadi pun segera menghampiri Rofi yang sedang berdiri diruang kantor sehabis selesai berpakaian dan sekarang menggunakan blazer+rok span dengan warna senada yaitu pink. Memang sangat indah tubuh Rofi terbungkus pakaian kerja seperti itu karena benar-benar mencetak seluruh lekuk tubuhnya belum lagi cetakan celana dalam yang membekas di roknya yang span diatas lutut. Rofi sebelumnya pernah bertemu dengan Santo dan Hadi karena mereka berdua memang sering main ke kantorku.
Santo dan Hadi segera mendekati Rofi yang telah mengetahui kedatangan mereka. Selanjutnya Santo dan Hadi berada di samping kiri dan kanan Rofi menciumi lengan dan meremas-remas payudaranya. Masih dari celah-celah pintu, aku bisa melihat sekarang Santo dan Hadi merebahkan Rofi di meja meeting yang lebar. Santo menciumi bibir Rofi sambil meremas payudara sedangkan kepala Hadi menghilang di didalam rok dibawah selangkangan Rofi sambil kedua tangannya dari bawah meremas-remas pantat.
Heri mengajak aku masuk ke dalam ruang kantor untuk mengambil buku daftar nasabah. Saat masuk ke dalam ruang kantor, aku dapat melihat dengan jelas Santo sedang melepas bra Rofi dan Hadi sedang menarik ke celana dalam Rofi yang mini perlahan-lahan seperti ingin mendapatkan kejutan dari balik celana dalam Rofi. Setelah selesai menelanjangi Rofi, Santo langsung menghisap puting susu Rofi yang sebelah kiri. Bahkan bisa aku lihat dengan jelas, puting susu Rofi sudah ereksi menjadi bengkak dan meruncing. Tanpa rasa apa-apa aku terus saja berjalan melewati meja meeting tempat berlangsungnya adegan antara Santo, Hadi dan Rofi dan langsung membuka laci di samping kiri di mana Rofi sedang terlentang dan dikerubuti Santo dan Hadi yang juga sudah sama-sama bugil. Dari dalam laci aku mengambil sebuah buku daftar nasabah. Kemudian aku serahkan pada Heri yang menunggu di belakangku sambil melihat Rofi yang mendesah-desah dikerubuti oleh Santo dan Hadi.
Ketika aku beranjak melewati meja meeting untuk keluar dari ruang kantor, Santo menghisap-hisap serta meremas payudara Rofi, Hadi masih dengan beringas menciumi serta menyedot vagina Rofi. Rofi tampak biasa saja, bahkan seperti menikmati kejadian tersebut. Matanya tampak setengah terpejam sementara tangan kirinya meremas-remas kepala Santo yang sedang terbenam di dadanya. Sementara tangan satunya lagi berada di atas kepala Hadi. Sesekali dia merintih keenakan karena rangsangan pada klitoris dan payudaranya.
Aku dan Heri kembali duduk diruang tamu sementara di dalam ruang kantor Rofi sedang disetubuhi. Masih dengan pintu yang terbuka lebar, sehingga tampak dengan jelas bagaimana Rofi dalam posisi doggy stye sedang menghisap penis Santo sedangkan dari belakang Hadi menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil kedua tangannya menepuk-nepuk pantat Rofi. Suara mereka pun terdengar dengan jelas.
“Ooh gila.. memek Rofi benar-benar basah dan menggigit. Belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seenak ini. Mujur benar Danang mempunyai admin seperti ini, tapi sayangnya saat ini kita yang menikmatinya.. he.. he.. he..” desah Hadi.
“Hisapannya cukup kuat, pandai sekali Rofi nyepongnya,” balas Santo.
Selama lebih setengah jam mereka berdua secara bersama-sama menyetubuhi Rofi, berbagai macam posisi mereka coba. Mulai dari doggy style, women on top, berdiri dan ketika Santo tak bisa bertahan lagi dan menyemburkan maninya ke dalam mulut Rofi, kemudian mereka bertukar posisi. Kembali dengan doggy style, Kini Santo yang menggasak Rofi dari belakang, sementara Hadi menjejalkan penisnya ke mulut Rofi untuk dibersihkan, sampai akhirnya diakhiri dengan gaya Rofi duduk membelakangi Santo yang sesaat kemudian Hadi kembali menyemprotkan air mani ke mulut Rofi yang mungil. Santo pun juga mengalami klimaks dengan mengeluarkan isinya ke dalam mulut Rofi juga. Namun rupanya Hadi belum puas, ia menarik kepala Rofi untuk menghisap penisnya yang mulai loyo. Rofi menuruti saja permintaan Hadi tsb. Dengan wajah yang masih penuh dengan sperma, Rofi melakukan oral sex lagi beberapa saat sebelum Santo dan Hadi kemudian membimbing Rofi masuk ke dalam kamar mandi, Rofi kembali dibersihkan tubuhnya dari ceceran sperma di vagina maupun di wajahnya.
Pada saat Santo dan Hadi menyetubuhi Rofi diatas meja meeting datang lagi dua tamu sekarang Tatang dan Joko dari leasing AMFF. Tampaknya Tatang dan Joko yang juga menyaksikan aksi tsb dari ruang tamu sudah terangsang dari tadi. Buktinya setelah saling memberi isyarat dengan mata antara Santo dan Hadi, Tatang dan Joko sekarang menuju kamar mandi dan mengeringkan tubuh Rofi yang sudah bersih dan segar dengan handuk. Santo dan Hadi memakai baju kembali dan keluar menemui aku, Heri, Ari, Ganung dan Yan diruang tamu.
Tatang dan Joko segera membimbing Rofi yang kini masih telanjang keluar dari kamar mandi dan menuntunnya menuju ruang tamu menemui kami bertujuh. Tatang dan Joko kembali menggauli Rofi sambil disaksikan dengan jelas kami bertujuh diruang tamu. Tatang langsung mengangkat tubuh Rofi dan meletakkan di sisi sofa ruang tamu. Tatang memposisikan Rofi menungging dengan tangan berpegangan pada pundak Joko yang duduk di sofa, kemudian Tatang memasukkan penisnya dari belakang. Sementara Joko yang duduk menghadap Rofi menciumi wajah dan payudara Rofi bergantian.
Tak berapa lama kemudian, tubuh Rofi merosot ke bawah, kepalanya menangkup di selangkangan Joko dengan melakukan oral pada penisnya, sementara Tatang tetap menggoyangkan pinggulnya maju mundur dari belakang. Dan ketika telah selesai menyemburkan air maninya diatas pantat Rofi, Joko langsung membopong tubuh Rofi dan memangkunya. Rofi sekarang duduk di atas pangkuang Joko, dengan mudah batang penis Joko menyelusup ke dalam vagina Rofi. Rofi dengan sukarela menggoyangkan pinggulnya naik turun di atas pangkuan Joko dengan kedua belah tangan berpegangan pada pundak Joko. Tidak puas dengan posisi menghadap Joko kini Rofi diputar dengan penis Joko yang masih menancap dalam vaginanya dan sekarang posisi Rofi membelakangi Joko. Kembali Rofi bergerak naik turun dan bergoyang-goyang dipangkuan Joko. Melihat payudara Rofi yang bebas terguncang-guncang maka Ari, Heri, Santo, Hadi, Tatang dan Yan berebutan meremasi payudara Rofi dan ikut membantu merangsang klitoris Rofi yang jelas terlihat disaat penis Joko merangsek masuk dalam vaginanya dengan jari-jari mereka. Karuan saja Rofi meracau tidak karuan karena keenakkan dan sangat terangsang. Beberapa lama kemudian Joko membopong tubuh Rofi yang sudah keletihan itu dan meletakkannya di atas sofa ruang tamu sebelum kemudian menindihnya dan mulai menggerakkan kembali tubuhnya naik turun.
Tatang ketika melihat Joko sedang menggoyangkan tubuhnya di atas tubuh Rofi yang sekarang telungkup di atas sofa ia jadi kembali terbangkit nafsunya, maka ia pun kembali mengocok penisnya hingga menegang, dan ketika Joko selesai, tanpa basa basi Tatang pun segera naik di atas tubuh Rofi yang kini telah lemah lunglai. Rofi hanya pasrah saja tubuhnya dibolak-balik sesuka hati oleh Tatang sambil terus disetubuhi sampai pada akhirnya Tatang mencabut penisnya dari vagina Rofi dan menjejalkan ke mulut Rofi, bertepatan dengan memuntahkan air maninya ke dalam mulut Rofi. Air mani itu muncrat dan berlepotan ke seluruh wajah Rofi setelah sebagian tertelan. Baru sesudah Tatang menyelesaikan hajatnya, kelihatannya mereka cukup puas melampiaskan semua nafsu birahinya terhadap Rofi. Rama-ramai Ari, Heri, Hadi, Yan, Tatang dan Joko menggotong Rofi, masing-masing tangan dan kaki Rofi dipegangi dan diangkat menuju kamar mandi. Dan ramai-ramai dikamar mandi mereka berenam memandikan Rofi yang sudah terlihat sangat lelah. Tapi ternyata mereka belum selesai sampai disitu kini Rofi diposisikan menungging sambil menghadap tembok kamar mandi dan bergantian mereka berenam membenamkan batang penis masing-masing kedalam vagina Rofi tapi sekarang mereka lakukan dengan cepat dan saling bergantian menunggu giliran. Sampai Rofi tidakkuat lagi berdiri dan terduduk lemas dilantai kamar mandi. Baru setelah itu mereka meningglkan Rofi sendiri dikamar mandi.
Jam didinding kantor menunjukkan pukul 13.30, tidak terasa waktu jam pulang sudah terlewat lebih satu setengah jam karena kejadian itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Santo, Yan, Tatang, Joko, Hadi dan Ganung meninggalkan kantor kami sambil membawa semua celana dalam dan bra Rofi. Sekarang tinggal kami berempat dikantor, aku saksikan Rofi terlihat sangat lelah setelah hari itu disetubuhi enam laki-laki. Supaya tidak terlalu letih aku suruh Rofi untuk beristirahat didalam ruang istirahat. Rofi menuruti perintahku karena memang kecapaian. Setelah merebahkan diri diatas kasur Rofi langsung tertidur. Sedangkan aku, Ari dan Heri menunggu sambil mengobrol diruang tunggu. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 16.00, sudah sore dan Rofi masih tertidur diruang istirahat dan masih mengenakan kaos serta rok tapi tanpa bra dan celana dalam. Tiba-tiba terdengar suara beberapa sepeda motor memasuki halaman parkir,aku lihat ada enam sepeda motor dengan masing-masing dua orang penunggang jadi ada dua belas orang dan semuanya laki-laki dan sebagian besar aku tidak mengenal mereka cuma beberapa yang pernah bertemu dengan aku tapi akutidak hafal nama mereka. Dua diantaranya adalah Tatang dan Yanyang tadi sudah kemari. Mereka langsung menemui Ari dan Heri dan sempat aku dengar pembicaraan mereka mengenai Rofi. Setelah mendapatkan kode dari Heri kedua belas orang tadi masuk menuju ruang istirahat mencari Rofi yang masih tertidur dan kebetulan saat itu posisi tidur Rofi terlentang dengan rok yang agak menyingkap padahal Rofi tidak memakai celana dalam. Dan dengan buasnya mereka mengangkat Rofi keluar. Dan ramai-ramai mereka kembali menelanjangi Rofi. Akhirnya malam minggu itu Rofi disetubuhi dua belas laki-laki secara bergantian yang sesekali diselingi dengan istirahat dengan salah satu mereka keluar untuk membeli makanan dan kembali lagi dengan membawa lima laki-laki, jadi total malam itu tubuh Rofi yang mungil menjadi santapan segar tujuh belas laki-laki. Yang aku ingat mereka baru selesai sekitar jam 5 pagi harinya, dan malam itu aku, Ari dan Heri tidak pulang kekost kami karena ikut menyaksikan pesta sex gila dikantorku.
Dua tahun sudah aku pindah kota dan pindah kerja, dari informasi yang masih aku dapatkan dari Ari dan Heri, pesta sex itu masih sering dilakukan dan kini makin banyak laki-laki yang menikmati tubuh Rofi dengan gratis tapi terkadang beberapa diantara mereka datang main kekantor sambil membawakan Rofi oleh-oleh dan mengenai Rofi yang bisa disetubuhi sudah sangat menyebar di kota itu. Rofi sempat berbicara dengan Ari dan Heri untuk keluar dan pindah dan kembali kekotanya, karena disanapun Rofi indekost didekat kantor. Entah bagaimana sekarang kelanjutannya aku belum mendapat kabar terbaru dari Ari dan Heri.

bahwa Rofi masih harus melakukan pesta sex lagi untuk “shift” malam, setelah tertidur sampai jam 4 sore karena kelelahan. Karena letih Rofi tidur di ruang istirahat yang memang ada dikantor, dan cuma mengenakan kaos warna putih juga rok pendek yang berbahan tipis warna hitam juga mini tanpa bra dan celana dalam karena semua bra dan celana dalam milik Rofi dibawa oleh 6 laki-laki yang sudah menggaulinya sebelumnya.

Tanpa aku, Ari dan Heri sadari jam didinding sudah menunjukkan pukul 16.00, sudah sore dan Rofi masih tertidur tapi kemudian terdengar suara beberapa motor datang dan aku lihat 6 motor dengan 12 penumpang. Seingatku mereka adalah Tatang, Yan, Lor, Ri, Ton, Pe, Fan, Yam, Rep, Mot, Ka dan Du. Mereka segera menemui Ari dan Heri setelah menutup rolling door kantor. Mereka membicarakan Rofi kembali, semua yang datang saat itu ingin sekali menikmati tubuh Rofi. Dan setelah mendapat ijin dari Ari dan Heri ke dua belas laki-laki itupun segera masuk kedalam untuk mencari Rofi yang tertidur diruang istirahat.

5 orang masuk ke ruang istirahat untuk membangunkan Rofi yang tidur terlentang dengan rok yang tersingkap sehingga terlihat jelas paha mulusnya sedangkan 7 orang lainnya hanya melihat dari pintu ruang istirahat. Yan segera membangunkan Rofi dengan mengguncang-guncangkan tubuh Rofi. Rofi yang kaget tersentak bangun dan mendapati dirinya sedang menjadi tatapan 12 laki-laki yang menyaksikan roknya yang tersingkap. Segera Rofi membetulkan roknya tapi Tatang menahan tangannya dan menyerahkan bra serta celana dalam baru mini warna hitam kepada Rofi untuk dipakai dan menyuruhnya segera mandi dan segera merias diri. Entah apa yang dikatakan Yan kepada Rofi tapi Rofi menuruti apa yang dikatakan Yan.

Rofi memang menyimpan alat rias yang sering dipakai untuk berias dikantor. Ke 12 laki-laki tadi kembali menemui kami bertiga diruang tamu. Dan menunggu Rofi yang sedang membersihkan diri untuk berhias lagi. Sekitar 15 menit Rofi keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap, kaos dan rok. Dan segera berias. Setelah selesai Heri memanggil Rofi untuk makan bersama, ternyata ada yang membawakan kami nasi Padang. Segera Rofi makan dengan ditemani Heri diruang kantor, sedangkan aku dan Yan makan diruang tamu. Ke 12 laki-laki tadi berbincang-bincang sambil tertawa-tawa. Semua lampu dikantor sengaja dinyalakan sehingga benar-benar terang benderang. 15 menit waktu kami makan dan selesai. Segera Yan memanggil Rofi untuk bergabung dengan kami diruang tamu. Dan dengan dibimbing Heri, Rofi menemui kami diruang tamu. Terlihat ke 12 mata laki-laki tadi memperhatikan Rofi tanpa berkedip. Cantik dan seksi memang Rofi dengan balutan baju seperti itu dan apa yang dipakainya dibalik baju benar-benar membekas ditubuhnya yang mungil.

Segera Rofi diberi tempat untuk duduk ditengah-tengah kami. Dan Heri segera mengatakan kepada Rofi untuk mulai membuka baju untuk telanjang dihadapan kami.

Tampak Rofi ragu untuk melakukannya tiba-tiba tangan Tatang dan Yan menarik Rofi untuk berdiri. Yan memegangi tubuh Rofi dari belakang sedangkan Tatang mengeksekusi tubuh Rofi dari depan dan diikuti Lor, Ri, Ton serta Pe. Ke 5 pasang tangan tadi menggerayangi seluruh tubuh Rofi dari depan. Dengan ganas tangan-tangan tadi meremasi payudara Rofi. Karuan Rofi meronta-ronta tapi mereka sama sekali tidak menghiraukan Rofi. Tangan mereka terus menjelajahi tubuh Rofi yang mungil. Dan setelah puas mereka segera melucuti pakaian Rofi mulai kaos dan roknya, sekarang Rofi cuma mengenakan bra serta celana dalam. Karuan saja tubuh Rofi yang setengah telanjang dan berdiri menjadi santapan mata kami semua. Terlihat wajah malu diraut muka Rofi, karena kini dia setengah telanjang dihadapan 15 laki-laki.

12 pasang mata laki-laki yang tadi datang memandangi tubuh Rofi yang setengah bugil itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur melihat kemolekan tubuh Rofi.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata “wah,mulus bener”.

“Oke banget ternyata badan Rofi kalau telanjang” timpal yang lain.

“Yuk digarap bareng-bareng”, mereka tertawa bersama2.

Yan kemudian melepas bra yang dikenakan Rofi dan karuan saja payudara Rofi yang berukuran 32 sekarang menggantung bebas tanpa penyangga dan segera menjadi rebutan 12 pasang tangan yang meremasnya. Setelah mereka menjelajahi payudara Rofi, Yan segera menurunkan celana dalam yang dipakai Rofi dan kini tubuh telanjang Rofi benar-benar tersaji di hadapan kami. Dan tanpa komando serta aba-aba, 12 pasang tangan dengan ganasnya meraba gundukan daging yang terselip di paha Rofi yang mulus. Mereka mempermainkan dengan jari vagina Rofi dalam posisi berdiri. Karuan saja Rofi menahan rasa geli yang amat sangat.

6 orang kemudian mengangkat Rofi ramai-ramai dan merebahkannya diatas sofa ruang tunggu dan memposisikan Rofi dengan kaki terkangkang lebar sehingga terlihat jelas vagina Rofi yang merekah merah. Dan seperti sudah terencana satu persatu mereka secara bergantian menjilati vagina dan klitoris Rofi. Sementara satu orang secara bergantian meremasi payudara Rofi dan satu orang lagi memasukkan batang penisnya kedalam mulut Rofi untuk dioral.

“Akhirnya malam ini aku bisa merasakan memek Rofi”, kata Lor sambil terus menjilati vagina dan klitoris Rofi yang mulai terangsang. Tangannya mengelus paha Rofi yang putih mulus. Sementara itu tangan Ri tidak berhenti meremasi payudara Rofi sementara Ton terus menjejalkan batang penisnya kedalam mulut Rofi.

“Ah..”, teriak Rofi tertahan ketika mulut Lor menjepit dan menyedot klitorisnya dengan kencang.

“Gila, kenceng banget tetek Rofi,” kata Ri diiringi sahutan tawa yang lainnya.

“Sedotannya juga mantap”, timpal Ton.

Tak lama, Lor, Ton dan Ri berganti posisi masing-masing, meremasi payudara, menjilati vagina dan klitoris juga menjejalkan batang penis kedalam mulut Rofi. Setelah 3 orang tadi dilanjutkan 3 orang lagi masih dengan gaya yang sama sedangkan kami yang lain menyaksikan adegan itu.

Setelah ke 12 orang tadi puas menyantap tubuh Rofi dengan gaya tadi, 2 orang diantara mereka menyingkirkan meja yang ada diruang tamu dan membersihkan karpet yang ada. Rofi pun diseret ke karpet yang sekarang terbentang dihadapan kami, dan dengan dipegangi oleh 4 orang dari mereka. Masing-masing memegangi 2 tangan dan 2 kaki Rofi. Kemudian Pe, mendekati Rofi dari sela-sela paha Rofi, kemudian meremas-remas payudara Rofi dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus-elus kemaluan Rofi.. Tangan kiri Pe tetap mengelus-elus sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Rofi. Keadaan ini membuat Rofi menggelinjang. Kemudian Pe tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh Rofi, segera Pe membuka baju dan celananya. Tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Rofi seperti berhenti bernafas. Rofi agak takut melihatnya. Milik beberapa laki-laki yang menyetubuhinya tadi siang tidak ada yang sebesar itu. Rofi pun memejamkan mata. Tak lama, Pe sudah meletakkan batang penisnya di pintu masuk kemaluan Rofi. Tak lama, Pe mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Rofi.

“Ah….” Rofi pun menjerit tertahan.

Pe malah keenakan. Ia merasa seperti dipijit-pijit oleh kemaluan Rofi.

“Wah, memang sudah ngga perawan Rofi. Tapi tetep peret kok hahaha”, kata Pe

Tak lama, seluruh bagian batang penis Pe masuk ke dalam vagina Rofi dengan sukses. Kemudian, Pe menggenjot Rofi dengan buasnya. Kepala Rofi menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. Tubuhnya pun mengejang. Tapi hal itu malah membuat payudara Rofi terlihat semakin menarik. Tangan-tangan jahil pun berebut meremas-remas payudara Rofi.

Sementara Pe mengeksekusi vagina Rofi, yang lain memegangi tangan dan kaki Rofi. Pe yang sekarang sedang berada di atas tubuh Rofi semakin memperlaju genjotannya. Rofi-pun terlihat memejamkan matanya. Sementara semua laki-laki yang lainnya meremas-remas payudara Rofi dan meraba-raba bagian tubuh lainnya. Pe mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Rofi sambil meremas-remasnya.

Tak lama kemudian, Pe mencabut batang penisnya dari dalam vagina Rofi dan mengejan dengan menyemprotkan spermanya yg banyak ke dalam mulut Rofi. Karuan saja sperma yang banyak tadi sempat tertelan oleh Rofi dan sebagian meleleh dimulut Rofi. Tubuh Rofi segera dibersihkan dengan handuk dari sperma Pe yang berceceran.

Pria yang berikutnya maju mendekati Rofi.

“Sebentar”, kata Pe pada teman-temannya yang sedang memegangi Rofi.

Mereka pun membalik tubuh Rofi menjadi tengkurap, lalu memaksa Rofi untuk menungging sambil tetap memegangi tubuh Rofi. Posisi ini membuat payudara Rofi yang meskipun kecil menjadi terlihat lebih menggantung dan menantang. Hal ini membuat mereka meremas-remas kembali payudara Rofi. Payudara Rofi terlihat memerah karena remasan-remasan tersebut. Malam ini Rofi harus rela payudaranya diremas-remas oleh orang-orang yang ia sama sekali tidak kenal. Dalam posisi menungging, orang kedua yaitu Fan siap untuk melakukan eksekusi terhadap vagina Rofi. Fa mendekati Rofi dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Rofi lewat belakang. Rofi kembali meronta-ronta kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika Fan memasukkan penisnya dan memompanya. Kekuatan pompanya makin lama makin kuat. Fan mengeksekusi vagina Rofi sambil meremas-remas payudara dan putting Rofi.

Yang lain ada yang menciumi pipi Rofi, dan termasuk menciumi bibirnya. Rofi sangat tidak berdaya malam itu. Tak lama kemudian, Fan pun mengalami ejakulasi. Dan seluruh spermanya dia tumpahkan diatas pantat Rofi.

Sudah 2 orang menggilir Rofi. Masih 10 lagi. Rofi sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. Terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Rofi hanya bisa pasrah. Ia rasakan kemaluannya sakit sekali karena sebelumnya dia sudah melayani 6 laki-laki pada siang hari. Walau pun Rofi sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan-gesekan yang terjadi sebelumnya antar penis pria-pria tersebut dan kemaluannya.

Kemudian salah seorang dari mereka, Yam kembali maju untuk mengeksekusi vagina Rofi. Kali ini Rofi dipaksa untuk menghisap batang kemaluan Yam. Rofi pun pasrah menghisap kemaluan Yam. Rofi hampir tersedak. Penis Yam tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya.
Kepalanya maju mundur menghisap batang kemaluan Yam. Sampai tak lama kemudian, Yam meringis dan mengejan. Rofi berusaha menarik kepalanya dari kemaluan Yam. Tetapi teman-teman Yam menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Rofi. Rofi terbatuk-batuk tersedak. Sementara pria-pria tadi tertawa puas. Kemudian Rofi pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. Dan masih ditambah lagi denga kedatangan 5 laki-laki lagi pada tengah malam. Jadi malam itu Rofi digilir oleh 17 laki-laki.

Selain digilir, Rofi pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Rofi dipangku oleh orang-orang tersebut sambil diremas-remas payudaranya secara bergiliran. Kemudian Rofi disetubuhi sambil berdiri. Dan setiap orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Rofi mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Rofi semaunya. Meremas-remas, menghisap-hisap putingnya, menggigit, dan perlakuan-perlakuan lain yang diterima Rofi sepanjang malam itu sampai pagi. Rofi pun lemas kecapekan dan tertidur. Sampai paginya Rofi terbangun dalam keadaan telanjang bulat dengan dikelilingi pria-pria yang menyetubuhinya berada disekelilingnya. Rofi merasa badannya sakit semua, terutama bagian selangkangannya. Walau pun Rofi bukan perawan, tapi ia merasa sakit di selangkangannya. Tubuhnya pun penuh cupang dimana. Payudaranya pun demikian. Banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran.

Belum sempat Rofi beranjak dari tempat itu, beberapa pria terbangun dan kembali mereka menyetubuhi Rofi lagi. Dan setelah semua pria tadi terbangun dan menggilir Rofi lagi masing-masing mereka membubuhkan tanda tangan disekitar vagina dan paha Rofi.

Setelah mereka semua puas Rofi pun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan menuju kamar mandi.


Semenjak aku pindah kantor, pada waktu menjelang akhir tahun 2008 kemarin aku coba hubungi Heri (bekas staffku dulu, yang sekarang menggantikan aku jadi Kepala Kantor Unit disana). Kami berdua lama berbincang di telepon dan aku tanyakan juga tentang Rofi, ternyata hal itu masih dilakukan meskipun tidak terlalu sering dan melihat kondisi, apalagi sejak Rofi punya pacar dan katanya sekitar bulan Maret/April tahun 2009 akan melangsungkan pernikahan, juga pacarnya sering datang berkunjung kesana meskipun pacarnya berada diluar kota tapi paling tidak 2 minggu sekali datang.
Hari Sabtu aku berinisiatif untuk sekedar berkunjung kesana karena lama tidak pernah ketemu dan aku ajak 2 teman kantorku, Adrian dan Kritanto. Dalam perjalanan aku cerita tentang Rofi kepada mereka berdua dan ternyata mereka sangat tertarik untuk mencoba Rofi.
Setiba kami bertiga disana Heri, Ari dan Rofi serta satu lagi staff baru yaitu Wawan masih berada dikantor. Jam menunjukkan pukul 11.30, tandanya sebentar lagi mereka akan bersiap-siap untuk pulang.
Kami sempatkan untuk mengobrol terlebih dahulu untuk mencairkan suasana dan biar lebih akrab.
Rofi saat itu memakai jeans serta kaos yg ketat and sexy, sesekali Adrian dan Kristanto suka curi curi pandang melihat pantat dan buah dada Rofi ..apalagi Rofi mengenakan kaos yang agak tipis jadi terlihat jelas gambaran BH yang dia pakai!!.
Tidak terasa waktu jam kerja sudah selesai dan sekarang Rofi kami biarkan ngobrol bertiga dengan Adrian dan Kristanto diruang kantor sedangkan kami yang lainnya memilih ngobrol diruang tamu.
Cukup lama kami ngobrol dan tiba-tiba Ari berbisik, Sudah mulai...lihat saja tuh.
Segera kami melihat apa yang dilakukan antara Rofi, Adrian dan Kristanto didalam.
Adrian memeluk Rofi dari belakang, ia merapatkan tubuhnya ke tubuh Rofi, kami yakin sekali Rofi bisa merasakan alat kelamin Adrian menempel dipantatnya, dan memang kelihatannya Rofi begitu menikmatinya. sambil terus Adrian memeluk Rofi dari belakang, tangan Kristanto meremas remas buah dada Rofi , bahkan Kristanto mulai berani menurukan retsleting celana jeans Rofi sementara tangan Adrian menelusup masuk BH meremas dan memainkan buah dada Rofi.
Rofi sendiri kelihatannya membiarkan Adrian dan Kristanto melakukan aksinya, ia tak peduli ketika ternyata kami menontonnya. Kristanto bahkan kini mulai membuka celana jeans Rofi dan menurunkannya, sehingga terlihat CD hitam mini berenda yang dikenakan Rofi kini Rofi hanya mengenakan CD dan bagian atas masih terbungkus kaos yang dipakainya, sementara Adriab masih menciumi leher Rofi , sambil tangan tak lepas dari puting buah dada Rofi. makin lama Rofi makin terangsang.
Adrian dan Kristanto mengangkat tubuh Rofi dan meletakkannya diatas meja dan dengan tidak sabar langsung menelanjanginya, sejenak mereka berdua menikmati tubuh Rofi yang polos,lantas
kemudian jari jari mereka berdua berebut bermain di bibir vagina Rofi, membuat Rofi mengerang, apalagi clitorisnya dipermainkan dengan begitu rupa.
aahh..ahhhh.. erangan Rofi menambah semangat mereka berdua.
sambil terus memainkan vagina Rofi, Adrian dan Kristanto memainkan pula lidahnya di puting Rofi yang mengencang sambil menggigit dan menyedot penuh nafsu.
aah..ahh..ahhhhh Rofi berteriak saat pertama kali orgasme akibat jari-jari Adrian dan Kristanto yang begitu gencarnya membongkar bibir vagina Rofi dan terus menerus memasukkan dan mengeluarkan jari-jari mereka bergantian kedalam vagina Rofi.
Adrian pun kini membuka seluruh pakaiannya, dan Rofi sedikit terpekik dan mungkin terkagum melihat alat kelamin Adrian yangg lumayan besar dan panjang.
besar banget Rofi bergumam
kamu suka dong sama yg besar besar? kata Adrian
Rofi hanya tersenyum, dan menjawabnya dengan meraih kontol Adrian dan memasukannya ke mulutnya, kini giliran Adrian yg menggeram ke enakan, saat sapuan lidah Rofi menelurusi kontolnya, kuluman dan sedotannya luar biasa ( percayalah Rofi memang ahli dalam hal ini....!!)
Tidak mau ketinggalan Kristanto pun ingi8n diperlakukan seperti itu dan secara bergantian Rofi mengulum kontol Adrian dan Kristanto.
Merasa cukup , Adrian dan Kristanto menarik bangun Rofi ,mendorongnya ke dinding , dan mereka berdua mulai menciumi bibir Rofi dengan panas, lidah saling berpagut , sementara tangan Adrian dan Kristanto tak lepas dari buah dada Rofi. Adrian dan Kristanto kemudian membalikan tubuh Rofi, hingga kini Rofi menghadap tembok, dengan lidahnya mereka menelurusuri tubuh Rofi dari leher , punggung, pantat, paha, naik lagi.membuat Rofi kegelian, vaginanya sudah basah.
Kristanto kemudian melakukan penetrasi dari belakang,
OOOOOHH Rofi tersentak saat kontol Kristanto menyentuh vaginanya
Kristanto memompa semakin cepat dan semakin dalam.
oohahhh..ahhh..bob..aahh.
makin lama erangan Rofi makin keras.
Agar Rofi tidak terlalu berisik Adrian memasukkan kontolnya kedalam mulut Rofi dan menggerakkan kepala Rofi agar kontolnya bisa keluar masuk didalam mulut Rofi yang mungil.
AAAAAAAAAAHHHHH Rofi menjerit panjang saat mencapai orgasme bersama Kristanto, tubuhnya terasa lemas, namun Adrian belum merasakan vagina Rofi,ia membalikan tubuh Rofi dan melakukan penetrasi dari depan.
Tidak hanya itu, Adrian dan Kristanto kemudian melakukan doggy style, dan gaya2 lain.
Cukup lama mereka bertiga bermain-main hingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Hingga akhirnya mereka bertiga menyelasaikan permainan mereka pukul 8.30, setelah mereka bertiga mandi jam 10 aku, Adrian dan Kristanto ijin untuk pulang.
Aku pikir masihkan akan seperti ini Rofi nantinya setelah menikah apalagi pacarnya tidak mengetahui jika Rofi seperti ini.
Entahlah........................
Tamat  

Istri Pemain Kartu

“Apa maksud elu?” aku bertanya balik kepada Rony. Waktu itu kami sedang bermain kartu di rumahku (seperti yang biasa kami lakukan beberapa kali dalam setahun) saat Rony menuduh aku sedang mencoba memamerkan istriku, Lisa. Memang benar aku bangga akan penampilan istriku. Dan memang aku menyuruhnya untuk mengenakan pakaian yang menarik lantaran beberapa teman akan datang berkunjung. Namun Rony mengintepretasikan semua itu dengan berlebihan. Menurutku sendiri, lebih baik Lisa tidak ada di rumah sama sekali karena malam ini seharusnya malam khusus para pria. Akan tetapi Lisa benar-benar tidak dapat pergi kemana-mana lagi jadi aku menyuruhnya untuk tetap tinggal dan menyiapkan makanan untuk kami.

“Ayolah, ngaku saja, Bud. Apa dia selalu memakai rok pendek seperti itu di dalam rumah malam-malam begini?” tanya Rony setelah Lisa kembali ke dapur untuk mengambil minuman. “Yah, engga juga. Begini deh, berapa kali elu-elu datang ke rumah gue? Setiap kali gue ada tamu, gue mau semuanya terlihat baik. Kalau begitu kenapa elu enggak tuduh gue memamerkan lantai rumah gue yang mengkilap?”


“Jangan bohong deh, Bud! Tiap kali kita datang ke mari pasti dia ada di rumah, dan lagi pakaiannya selalu seperti begitu!” Mario menambahkan. “Malah gue rasa kali ini dia enggak pakai BH. Bagaimana elu bisa bilang itu ga pamer?”

Saat Lisa masuk kembali ke ruangan akhirnya mereka berhenti merongrongku. Ia baru saja hendak kembali ke dapur untuk menonton TV di sana ketika Rony mengajaknya untuk ikut bermain bersama kami. “Lagipula kamu ada di sini, jadi sekalian saja main bersama kami?” ajaknya. “Tapi kamu harus pakai uang kamu sendiri, engga boleh bergabung dengan suamimu!” tambah Mario.

Lisa melihat ke arahku untuk meminta persetujuan dan aku hanya mengangkat kedua bahuku. Lisa selalu begitu, mengecek terlebih dahulu dengan keputusanku. Terkadang ia dicemooh dengan melakukan semua yang kukatakan, tapi aku sungguh menghargai sikap kesetiaan para istri pada jaman dulu. Itu salah satu alasan aku menikahinya.

Ia duduk dan mulai bermain bersama kami. Sebenarnya aku tidak keberatan istriku bermain bersama kami tapi aku masih ingin membahas oborlan laki-laki bersama teman-temanku ini. Rony seharusnya bercerita tentang Maria sepupunya. Dia adalah satu-satunya selingkuhanku. Aku melakukan One Night Stand dengannya sekitar seminggu yang lalu ketika kami semua pergi ke klab malam dan saat itu aku mabuk berat. Pernikahanku bisa hancur kalau Lisa tahu tentang perselingkuhanku jadi aku belum menghubungi Maria sejak saat itu.

Kami bermain sekitar satu jam ketika Lisa pergi ke dapur setelah kusuruh mengambilkan minuman lagi. “Pasti enak yah punya robot yang mengerjakan apa yang elu bilang,” kata Ron. “Pakai ini, ambil itu, lakukan ini,” tambah Mario. Ini cemoohan yang biasa Lisa dan aku terima. “Ayolah, brur. Elu-elu cuma iri. Siapa sih yang enggak mau perempuan seperti itu?” aku balik bertanya.

“Elu bener, Bud. Gue juga mau punya istri yang mengerjakan apa yang gue suruh,” jawab Rony. “Gue juga mau. Mana remote controlnya? Boleh ga gue yang kontrol untuk puteran berikutnya?” tanya Karel.

Aku masih menunggu Lisa kembali ke ruangan ketika Mario (yang sudah mabuk) berkata, “Hey bagaimana kalau pemenang dalam satu putaran berhak memegang remote control ini dan bisa mengontrol dia. Gue bakal pencet tombol ‘mute’ supaya dia enggak usah banyak omong, hahaha…”

“Dia bukan robot. Dia engga melakukan semua yang gue suruh kok!” terusik oleh tuduhan itu aku mulai menaikkan suaraku.

Rony kemudian berkata, “Kalau begitu, kita coba saja?”

Mereka benar-benar gila. “Coba apanya?” tanyaku. “Pemenang dalam satu putaran dapat mengontrol dia? Elu-elu gila! Dia enggak akan pernah menuruti perintah elu-elu dan lagipula gue enggak bakalan menyuruhnya untuk ikut bermain permainan edan seperti ini. Lupakan saja!”

“Jadi kalau elu bilang ke dia bahwa si pemenang boleh mengontrol dirinya, seperti yang setiap hari elu lakukan terhadap dia, istri elu enggak bakal menurut? Ha? Lisa itu engga punya pendirian sendiri deh dan pasti dia menurut,” kata Rony.

Aku jadi tambah panas. “Dia melakukan apa yang gue bilang karena dia cinta gue, bukan karena dia enggak punya pendiriannya sendiri. Dia enggak bakal melakukan apa yang elu bilang tadi.” Ini mulai menjadi tidak karuan dan aku hendak menyudahi malam itu.

Ron berdiri untuk melihat apakah Lisa masih berada di dapur lalu berbungkuk ke tengah-tengah kami lalu berkata, “Suruh saja dia untuk melakukannya dan kita lihat apa benar dia itu robot atau bukan. Elu bisa buktikan saat itu juga. Bagaimana?”

“Enggak! Elu sama gilanya seperti si Mario. Jangan takabur deh!” teriakku.

Karel lalu berkata, “Lalu apa yang elu khawatirkan? Elu khawatir kalau dia akan menuruti perintah kita-kita? Lagipula elu kan tahu kalau dia cinta elu dan enggak bakalan menuruti kita-kita karena dia punya pendiriannya sendiri. Kita lihat saja.”

Lisa berseru dari dapur bahwa ia akan segera keluar membawa minuman. “Bud, elu cuma perlu minta sama dia untuk melakukan ini semua dan biar dia yang menentukan berikutnya. Atau elu mau gue ungkit-ungkit kejadian elu dan Maria?”

Sebelum aku dapat memberi jawaban Lisa masuk dan membagikan minuman lalu duduk. Rony menatapku seakan menunggu jawaban dariku. Aku membalas dengan pandangan tak senang untuk menunjukkan bahwa aku tidak akan melakukannya. Kami melanjutkan permainan kartu kami.

“Oh iya, Bud, kemarin gue ngobrol-ngobrol sama sepupu gue Maria,” Rony memulai percakapan.

Aku tidak menyangka Rony menyebut nama Maria saat itu dan dia benar-benar serius. Ini bisa menghancurkan pernikahanku jadi aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya aku menyerah dan menginterupsi, “Permainan ini jadi membosankan nih. Mungkin kita perlu melakukan hal-hal konyol supaya jadi menyenangkan.”

“Hal konyol seperti bagaimana?” Karel seakan mengejekku.

“Lisa, bagaimana kalau elu berhenti main dan cuma menemani kita-kita saja? Toh uang elu juga sudah hampir habis,” kataku.

“Ok, aku sudah capek juga lagipula,” katanya menyetujui.

“Tapi untuk membuat taruhannya jadi menarik, elu harus menemani pemenang selama satu putaran,” tambahku menjelaskan.

“Boleh, terserah saja,” jawab Lisa.

Rony melafalkan nama Maria dengan mulutnya tanpa bersuara kepadaku sehingga aku dengan enggan melanjutkan, “Jadi elu harus menuruti perintah siapa pun pemenang di putaran itu, Lisa.”

“Jadi kalau kamu tidak menang, berarti tidak ada yang mengambili minuman untukmu lagi,” Lisa bercanda.

Ron lalu pura-pura bertanya, “Jadi kalau gue menang, dia harus menuruti perintah gue seperti dia menurut perintah elu?”

“Iya!” jawabku.

“Hanya untuk satu putaran,” tambah Karel. “Setelah itu pemenang putaran berikutnya yang akan memegang remote.”

Mario berpikir menggunakan remote TV sebagai simbol merupakan ide yang cemerlang lalu ia meraih remote TV dari meja dan berkata, “Siapapun yang pegang remote ini bisa mengontrol dia.”

Mendengar semua ini jelas-jelas membuat Lisa tersinggung. Ia marah. Bahkan terhadapku juga. Aku masih dapat memperbaiki ini semua tapi aku tidak dapat memperbaiki keadaan jika ia tahu tentang Maria. Oleh karena itulah aku harus berlagak seakan-akan aku menginginkan ia melakukan ini semua. “Apa bagaimana menurut elu, sayang?” tanyaku kepadanya.

Ia memandangiku menunggu isyarat bahwa aku menyetujui hal ini. Ron bersandar ke arah belakang Lisa sehingga ia tidak dapat melihatnya. Lalu ia melafalkan nama Maria tanpa bersuara dengan mulutnya sambil mengangkat kedua bahunya. Terlihat jelas ia ingin aku juga mengangkat bahuku untuk menunjukkan sikap setuju. Akhirnya aku mengangkat kedua bahuku.

“Oke, aku setuju.”

Mario menaruh remote di tengah-tengah meja tempat chip-chip taruhan diletakkan dan kami mulai permainan itu. Kami bermain beberapa set dalam satu putaran, jadi dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit sampai ada pemenang untuk satu putaran. Dan pemenang putaran pertama adalah Karel. Ia meraih remote itu.

Ia menyuruh Lisa mengambilkan minuman untuknya seperti yang biasa kuperintahkan kepada dia. Lisa baru saja hendak berdiri meninggalkan ruangan ketika Karel menyatakan bahwa ia hanya bercanda. Ia lebih memilih menyuruhnya duduk di samping menemaninya untuk membawa keberuntungan di set berikutnya. Lisa berdiri dan berjalan menghampiri Karel lalu berdiri di sampingnya. Menit berikutnya Karel berkata, “Kamu boleh duduk di sini, Lisa.” Ia mengeluarkan pahanya.

Lisa tidak akan melakukannya. Aku tahu ia akan segera membantah dan Rony dapat menelan semua kata-katanya tentang Lisa tidak memiliki pendiriannya sendiri. Semua ini akan segera berakhir. Lisa terus memandangiku menunggu persetujuan dariku. “Apa kamu benar-benar mau aku melakukan apa yang mereka perintahkan?”

Kemudian aku melihat Ron memberi isyarat sesuatu tentang Maria lagi dan menyuruhku untuk mengangkat kedua bahuku. Aku kembali mengangkat bahuku lalu Lisa duduk di pangkuan Karel! Kemudian Lisa berkata, “Terserah, tapi aku tidak mau membuatmu marah. Jadi kasih tahu aku jika kamu mau aku berhenti, sayang.” Coba saja ia tahu bahwa aku tidak dapat menyuruhnya untuk berhenti namun aku mempercayainya dan tidak mungkin ia terus duduk di pangkuan para pria ini hanya karena aku tidak berkeberatan.

Aku duduk memperhatikan istriku memandangiku dari seberang meja, duduk di pangkuan pria lain. Setelah beberapa set, satu putaran akhirnya berakhir. Mario kali ini keluar sebagai pemenang dan meraih remote dari tangan Karel.

“Ah, penyia-nyian saja,” katanya kepada Karel. “Ayo mana remotenya!” Ia berbalik ke istriku dan berkata, “Lisa…”

“Apa, Mario?” sahutnya.

“Hei, panggil aku sayang dong. Aku kan yang pegang remotenya, ayo,” Mario mengejek.

Lisa terdiam beberapa detik lalu berkata, “Apa, sayang?”

“Tadi sebelumnya kami menduga-duga, apakah kamu memakai BH di balik kaos itu?”

Lisa terdiam lagi sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Tidak.”

“Berhubung kelihatannya kamu tidak suka mengenakan pakaian dalam, bagaimana kalau kamu melepaskan celana dalammu juga?” Mario berkata sambil berpura-pura menekan tombol di remote TV itu.

Lisa menatapku lagi selama beberapa detik lalu akhirnya berdiri. Dia mendesah dalam-dalam kemudian menurunkan celana dalamnya dan menanggalkannya. Selama dalam proses melepaskan celana dalam itu, Lisa menjaga dengan amat sangat hati-hati agar rok mini yang dipakainya tetap pada tempatnya sehingga menutup tubuhnya setiap saat. Setelah selesai melepaskan celana dalamnya, Lisa duduk di kursinya.

Beberapa set berikutnya putaran tersebut akan segera berakhir. “Sial, gue udah mulai kalah nih! Lisa duduk di sini seperti yang kamu lakukan ke Karel. Mungkin bisa membawa keberuntungan untuk set yang terakhir ini,” kata Mario.

Lisa berdiri dan menghampirinya. Kali ini keadaan lebih parah dari yang sebelumnya dan aku yakin Lisa dapat melihat perbedaannya. Kalau Karel masih mengenakan celana panjang, namun Mario hanya mengenakan celana pendek dan sekarang ia tidak mengenakan apa-apa di balik rok mininya itu.

Mario mengeluarkan lutut kanannya yang tidak tertutup kain celana itu untuk Lisa duduk di atasnya. Dan Lisa dengan perlahan duduk menyamping pada paha Mario. Aku benar-benar tidak habis pikir! Tidakkah ia menyadari bahwa bagian tubuh pribadinya menyentuh langsung, kulit bertemu kulit, paha temanku yang tidak terlapisi kain itu?! Dan tidakkah ia sadar kalau ini sudah keterlaluan?!

Akhirnya set itu berakhir dan Mario keluar sebagai pemenang sekali lagi. Setelah beberapa set berlalu ia berkata, “Lisa, kamu ini tidak sopan deh. Ayo, menghadap ke meja.” Lisa memutar kepalanya sedikit.

“Bukan, maksud aku badan kamu yang menghadap ke meja. Nih kakimu putar ke depan supaya tubuh kamu menghadap ke meja dan dapat mengikuti permainan dengan lebih baik,” perintahnya.

Lisa tahu apa yang Mario inginkan dan aku merasa lega ia tidak berniat untuk memberikannya kepada Mario. Lisa memindahkan kakinya dari posisi duduk melintang pada paha Mario ke posisi dengan kedua pahanya sejajar dan melewati lutut kanan Mario. Namun Lisa tetap mengepit kedua kakinya rapat-rapat. Mario berharap agar Lisa mengangkangi pahanya karena ia sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Akan tetapi aku sungguh bangga karena Lisa masih menjaga dirinya tetap santun dengan tidak membuka kakinya.

Selama beberapa set berikutnya aku memperhatikan baik-baik bagaimana istriku duduk yang ternyata sulit ditebak karena terhalang oleh rok mininya. Namun kelihatannya Lisa berusaha sangat keras untuk menjaga keseimbangan tubuhnya dalam posisi duduk di atas paha kanan Mario dengan kedua kakinya terkatup rapat. Ujung kaki Lisa hampir-hampir tidak menyentuh lantai. Itu pun cukup membantu meringankan sedikit beban tubuhnya sehingga ia dapat tetap pada posisi yang aman. Lalu Mario mengangkat paha kanannya beberapa sentimeter dari lantai dengan menginjakkan kaki kanannya ke kaki yang lainnya.

Lisa tak dapat menjaga keseimbangannya dan akhirnya harus meletakkan kedua kakinya ke lantai. Dan satu-satunya cara adalah dengan meletakkan kedua kakinya di kanan dan kiri paha Mario. Ya, benar, Lisa harus mengangkangi paha Mario! Roknya masih menutupi semuanya itu tapi aku tahu benar bahwa Mario dapat merasakan vagina Lisa bersentuhan langsung dengan pahanya. Kulit bertemu kulit!

Pada akhir-akhir putaran itu Mario menggerak-gerakkan kaki kanannya dengan perlahan. Perlahan-lahan naik kemudian perlahan-lahan turun. Naik-turun, naik-turun, begitu seterusnya dengan perlahan-lahan. Mario berusaha sebisa mungkin untuk membuat istriku terangsang! Rony memenangkan putaran kali ini dan mengambil alih remote.

Lisa hendak berdiri dari pangkuan Mario tapi Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di pangkuan Mario. Mario mengacungkan jempolnya ke Rony sebagai tanda terima kasihnya. Lalu ia kembali menaikturunkan kaki kanannya untuk memberi Lisa ‘tunggangan’ pahanya. Setelah set berikutnya Rony bertanya kepada Lisa, “Mengapa kamu enggak memakai BH malam ini, Lisa? Untuk pamer?”

“Tidak, Ron! Dengan kaos seperti ini kadang-kadang aku memang tidak memakai BH!” Lisa mengejek balik.

“Ah masa sih? Karena kamu suka pamer, aku perintahkan kamu untuk melepaskan kaos kamu. Tentunya asal Budi tidak keberatan.” Kemudian semua pandangan jatuh padaku. Aku tidak dapat berkata apa-apa karena Rony akan membongkar rahasia perselingkuhanku dengan Maria. Dengan enggan aku mengangkat kedua bahuku dan menaruh seluruh kepercayaanku ke Lisa. Ia pasti punya batas sejauh mana keputusannya dan aku yakin kali ini pasti sudah mencapai batasnya.

Rony melanjutkan, “Begini deh, walaupun jelas-jelas Budi enggak keberatan, aku tahu kalau ini pasti susah buat kamu, Lis. Jadi aku akan kasih kamu pilihan. Aku suka melihat kaos yang kamu pakai. Ketat dan seksi. Tapi tujuan tidak memakai BH adalah untuk melihat tonjolan puting dari balik kaos itu. Dan saat ini aku tidak melihat apa-apa. Jadi begini deh, aku kasih kamu waktu sampai set berikutnya selesai. Kamu urus deh masalah itu atau kamu harus melepaskan kaos kamu. Terserah kamu, Lisa.”

Karel membagikan kartu tanda set ini sudah dimulai. Lisa meraih sebotol bir dingin dan menempelkannya ke dadanya selama beberapa detik. Ia melepaskan botol itu dan masih mendapati putingnya belum mengeras. Aku menjadi sedikit lega karena setidaknya ia tidak terangsang oleh semua ini. Well, setidaknya sampai saat ini.

Set ini akan segera berakhir ketika Rony berkicau, “Sudah hampir waktunya untuk melepaskan kaosmu, Lisa.”

Lalu Lisa mendesah dan mulai memilin puting susunya yang masih tertutup kaos di depan semua orang! Semua ini terlihat seperti dalam adegan gerak lambat: Istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri sementara tubuhnya bergerak naik turun dengan perlahan akibat Mario yang menggenjot paha kanannya naik turun. Mengapa ia tidak mengambil keputusan sendiri dan menyudahi semua ini?!

“Waktunya habis!” Ron berseru setelah set tersebut selesai. Lisa mencubit putingnya dengan keras untuk yang terakhir kalinya dan meletakkan tangannya di kedua sisi tubuhnya. Ron menatap payudaranya dan berkata, “Nah begitu dong. Yah, boleh lah.” Kini semuanya dapat melihat dengan jelas tonjolan puting susunya dari balik kaos putihnya.

“Oke, jaga supaya terus seperti itu sampai akhir putaran ini supaya kamu enggak usah buka kaos itu,” Ron menyimpulkan perintahnya.

Putaran tersebut berakhir kurang lebih 5 menit setelah itu. Dan dalam 5 menit itu aku melihat adegan istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri demi menjaga agar putingnya tetap tegang. Namun dalam menit terakhir aku melihat ia berhenti meremas-remas buah dadanya sendiri. Dan putingnya masih mengeras!!

Mario memenangkan putaran tersebut dan meraih remote. Raut wajahnya berubah dan sorotan matanya menjadi nakal. Ia tidak berkata apa pun sampai set pertama selesai. Ia terus menggerak-gerakkan kaki kanannya; naik dengan perlahan lalu turun lagi dengan perlahan. Lisa masih tidak menyentuh payudaranya sendiri sampai saat itu namun tonjolan puting susunya masih terlihat, bahkan terlihat lebih menonjol dari sebelumnya.

Lalu Mario bertanya kepadanya, “Lisa, apakah puting susu kamu masih tegang?”

“Iya, Mario,” Lisa menjawab dengan ketus.

“Tapi sudah beberapa menit ini kamu kan enggak menyentuh dada kamu? Kok bisa sih puting kamu masih tegang?” tanyanya lagi.

“Aku rasa ruangan ini dingin!” Lisa menjawab dengan nada yang kasar. Ia tidak memberikan apa yang Mario ingin dengar.

“Lisa, aku akan kasih kamu tawaran yang lebih baik dari tawaran Rony. Aku akan bertanya 2 hal dan kalau kamu menjawab dengan jujur, aku tidak akan memberi perintah apa-apa lagi sampai putaran ini berakhir. Kamu bisa duduk dan menonton permainan ini.”

“Boleh. Apa?” Lisa bertanya.

Mario masih mengangkat tubuh Lisa naik dan turun secara perlahan dengan pahanya. Lalu ia menahan kakinya di atas sehingga kedua kaki Lisa yang berada di kedua sisi pahanya itu terlihat kelelahan.

“Apa???!” Lisa bertanya lagi.

Mario menunggu sejenak lalu mengangkat kaki kanannya sedikit lagi dan menahannya di atas. Lisa harus membiarkan seluruh berat tubuhnya tertopang pada paha Mario. “Pertanyaan pertama: Apakah pahaku basah?”

Lisa terdiam sejenak lalu menjawab, “Ya, sedikit.”

Suasana menjadi sangat hening. Kemudian Mario berkata, “Pertanyaan kedua: Sebenarnya hanya sedikit basah atau sangat basah?”

“Aku rasa sedikit lebih basah deh, sama saja!” Lisa menjawab balik. Lisa benar-benar kesal terhadap Mario sekarang.

Mario membagikan kartu untuk set berikutnya lalu berkata, “Kalau saja kamu menjawab dengan jujur, aku pasti melepaskan kamu sampai akhir putaran ini.”

Lisa beseru, “Aku sudah jawab tadi, apa sih yang kamu mau?” Mario kemudian mengulangi pertanyaan awalnya, “Apakah pahaku ini sesungguhnya hanya sedikit basah atau sangat basah? Cuma dua pilihan kok, hanya sedikit atau sangat? Yang mana, Lisa?”

Aku rasa Lisa menyadari bahwa ini adalah paha Mario jadi sudah pasti Mario tahu kebenaran yang sesungguhnya. Akhirnya Lisa menjawab dengan suara yang pelan, “Sangat.”

Itu adalah jawaban yang parah untuk didengar. Walaupun tidak mau mengakuinya, Lisa baru saja mengatakan kepada teman-temanku bahwa dirinya menjadi sangat basah karena melakukan ini semua di depan mereka! Yah, setidaknya malam sudah begitu larut sehingga permainan akan segera berakhir.

Rony keluar sebagai pemenang di putaran tersebut dan menyuruh Lisa kembali duduk di kursinya sendiri. Ia meraih remote dan mengatakan bahwa supaya adil, ia akan kembali ke sistem memberi pilihan kepada Lisa. Rony memberi istriku pilihan: menanggalkan rok mininya atau melepaskan seluruh pakaianku dengan hanya meninggalkan celana dalamku dan mengikat tubuhku kuat-kuat di kursi sehingga aku tidak bisa bergerak sampai putaran tersebut berakhir. Ron menjelaskan bahwa Lisa akan memberikan pertunjukan seksi untukku dan aku ingin memastikan bahwa aku tidak dapat menyentuh dirinya. Tentu saja Ron kembali meminta persetujuanku dan apa yang dapat aku katakan dengan Ron yang bersiap untuk membeberkan perselingkuhanku. Aku kembali hanya berharap agar istriku tidak melakukan hal yang membutuhkan interferensi fisik dariku.

Lisa mulai melucuti seluruh pakaianku dan mengikat tubuhku. Sampai akhir putaran barulah Rony menyatakan bahwa ikatannya cukup kuat. Dan memang benar, aku tidak dapat bergerak sedikitpun kecuali pergelangan tangan dan kepalaku. Karel kemudian menyeret kursiku pindah ke ruang keluarga. Saat itulah aku mulai menjadi khawatir. Pria-pria ini bukanlah pemerkosa dan lagipula istriku tidak akan pernah melakukan hal-hal yang benar-benar seksual kepada mereka, tapi apa yang sedang terjadi??!

Mereka mulai menjelaskan sesuatu kepada Lisa di ruang kartu tempat kami bermain kartu tadi namun aku tidak dapat mendengarnya. Sesuatu yang berhubungan dengan video kamera. Kira-kira sepuluh menit berikutnya, mereka sudah menemukan kedua video kameraku. Aku masih menduga-duga apa yang mereka rencanakan. Dan sudah pasti Lisa tidak akan setuju mereka merekam dirinya mengenakan kaos ketat itu!

Karel masuk dan menyalakan TV yang diset sehingga menayangkan video kamera dari ruang kartu. Video kamera itu ditaruh di tempat aku duduk sebelumnya sehingga aku dapat melihat istriku sedang menunggangi paha Rony.

Kemudian melalui ikatan yang dibuat Lisa tadi, Karel meraih celana dalamku lalu menariknya turun sampai ke lututku! “Hei, apa-apaan nih?!” aku berteriak.

“Nih!” jawab Karel dan ia meletakkan video kameraku yang lainnya di atas DVD player dan mengarah tepat ke tengah-tengah selangkanganku. Apa si Karel ini homo, pikirku. Lalu ia menyalakan stereo dengan suara yang besar dan pergi meninggalkan ruangan itu. Aku berteriak memanggilnya namun ia tidak dapat mendengar dari balik dentuman musik yang keras.

Aku memperhatikan TV dengan seksama untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dengan suara musik yang keras, aku masih dapat mendengar percakapan mereka dari TV. Mereka mulai bercerita tentang semua omong kosong tentang aku yang mempunyai fantasi seksual untuk melihatnya berhubungan seks dengan mereka semua. Rony menjelaskan bahwa akulah yang merencanakan ini semua dan karena itulah aku tidak keberatan sama sekali atas semua ini dan membiarkan diriku diikat. Lalu di atas meja mereka letakkan TV kecil yang mereka ambil dari dapur. Walaupun aku tidak dapat melihatnya, namun aku tahu apa yang ditayangkan di TV itu. Rony menjelaskan bahwa dengan cara ini aku tidak kehilangan kontrol setelah semua ini dimulai dan TV di atas meja itulah yang menjadi signal dariku apakah harus lanjut terus atau berhenti.

Rony menyalakan TV tersebut. Aku memandang ke arah penisku untuk melihat apa yang sedang Lisa lihat. “Penisnya keras Lisa, berarti dia mau kamu untuk lanjut terus. Itu petunjuk yang dia berikan kepada kita.” “Lisa tidak mungkin percaya! Tidak mungkin!” aku berkata kepada diriku sendiri dalam hati.

Lisa menatap layar TV yang memperlihatkan penisku lalu menatap ke arah video kamera di tempat aku duduk sebelumnya. Aku melihat istriku menatapku melalui layar TV. “Ayolah, Lisa! Jangan mau jatuh ke dalam perangkap mereka!!” aku berdoa. Lalu ia bertanya kepada Rony, “OK, jadi kalau penisnya melembek berarti itu signal bahwa kita harus berhenti?”

Rony menjawab, “Iya, dia bilang kalau penisnya sudah tidak ereksi berarti dia sudah tidak terangsang lagi oleh ini semua dan kita semua harus berhenti saat itu juga.”

Lisa kembali melihat ke layar TV yang masih memperlihatkan penisku yang keras dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan seakan-akan ia baru mengerti semua ini. Aku mulai berpikir apa saja selain seks tapi tidak mungkin untuk membuat penisku melembek. Kemudian Karel berkata bahwa aku berharap tiap orang dapat ikut ambil bagian sehingga ia harus menuruti perintah mereka seperti mereka telah memenangkan satu putaran.

“Lisa, berdiri,” perintah Mario setelah ia pindah ke belakang Lisa melepaskan celana panjang dan celana dalamnya. “Membungkuk dan rebahkan tubuhmu di atas meja. Dan posisikan wajahmu dekat dengan kamera,” perintah Rony. Lisa merebahkan tubuh bagian atasnya ke atas meja dan wajahnya memenuhi seluruh layar TV di depanku karena wajahnya begitu dekat dengan kamera yang dipasang di tempat dudukku.

Aku melihat ia memalingkan wajah untuk melihat ke arah monitor untuk mengecek ulang keadaan penisku. Sial, mengapa penisku masih keras!?! Mario berdiri di belakangnya dan menaikkan roknya sedikit. Lalu ia menampar pantat Lisa dengan keras! Lisa terlonjak tapi tidak memprotes. Rony dan Karel kemudian juga bergerak ke belakangnya dan mulai menanggalkan celana panjang beserta celana dalam mereka.

Lisa memandang ke kamera dan mengisyaratkan dengan mulutnya, “Aku sayang kamu” kepadaku. Kurang ajar, bagaimana mungkin ia percaya bahwa aku menginginkannya melakukan ini untukku?

Rony berkata, “Aku rasa sekarang sebaiknya kamu melepaskan kaosmu.” Lisa mengangkat tubuhnya sedikit dan melepaskan kaosnya. Kedua payudaranya sekarang tertekan di atas meja.

Kemudian Rony bertanya, “Lisa apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah kepada suami kamu?”

Karel berkata kalau ia mendapat ide lalu pergi mengambil sesuatu. Ia kembali dengan sebuah buku dan mulai menulis sesuatu dengan bantuan Rony dan Mario. Kemudian mereka memberikan buku itu kepadanya.

Rony kemudian bertanya sekali lagi, “Apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah untuk fantasi suamimu? Nih, untuk membuat ini menjadi lebih enak, setiap kali kami sebut suatu angka, kamu harus membacakan dengan keras apa yang tertera di buku ini.”

Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke TV dan mendapati penisku yang masih keras. Ia ingin semua ini berakhir, aku tahu itu, akan tetapi aku tidak mampu melenyapkan ereksiku. Seberapa gigihnya aku mencoba, penisku tetap sekeras batu.

Rony membungkuk dan menulis beberapa kata lagi di buku itu. Setelah itu, ia bergabung bersama Karel dan Mario dan berkata, “OK, Lisa, nomor 1.”

Tanpa perasaan ia membaca tulisan itu datar, “Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua.”

Rony menampar pantatnya dan berkata, “Ingat, ini fantasi Budi. Mana percaya dia sama omongan seperti itu? Ayo ucapkan sekali lagi, kali ini buat dia pikir bahwa kamu sungguh-sungguh menginginkannya!”

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” Lisa berseru lebih kencang kali ini dan kedengarannya cukup dapat dipercaya. Aku tidak bisa mempercayai kalau ia benar-benar akan melakukan ini semua.

Mario maju menghampirinya dari belakang. Aku tidak dapat memastikan apakah ia benar-benar berada di dalam istriku atau tidak namun wajah Lisa mulai bergerak-gerak sedikit maju ke arah kamera. Mario pasti sedang mendorong tubuh Lisa dengan penisnya. Lisa mengecek ke monitor TV dan Rony berkata, “Dia masih ingin kita meneruskan semua ini, Lisa.”

Setelah itu Lisa mulai bergoyang-goyang maju mundur dan tidak ada keraguan dalam diriku lagi bahwa ia sedang berhubungan seks dengan Mario, aku melihatnya tepat di depan monitor TV di depanku. Kali ini aku yakin seyakin-yakinnya! Aku berusaha melepaskan diri dari ikatan tapi usahaku sia-sia.

“Nomor dua!” Mario berseru dari belakang. “Rasanya enak sekali dimasukin elu!” kata Lisa setengah mendesah.

“Enak dimasukin siapa?” Rony bertanya.

Lisa menunggu sejenak lalu menoleh ke belakang dan menjawab, “Mario.”

“Nomor enam!” Mario berseru. Lisa kembali merujuk ke buku lalu wajahnya memelas.

“Tampar pantat gue!” kata Lisa.

Mario menampar pantatnya dengan keras dan pada saat yang sama berteriak, “Nomor tujuh!”

“LAGI!” seru Lisa.

Kemudian sebuah tamparan diluncurkan lalu ia dipaksa untuk memintanya lagi dan sebuah tamparan lagi. Ini berlangsung lebih dari satu menit. “Lagi,” rengek Lisa. Setelah itu satu tamparan keras terakhir dari Mario sebelum akhirnya ia mundur. Apakah ia sudah ‘keluar’? Apakah ia mengeluarkannya di dalam istriku?! Aku tidak tahu.

Mario bergeser dan tempatnya di ambil oleh Karel.

“Nomor SATU!” Rony berseru.

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” kata Lisa.

Seperti sebelumnya Lisa terdorong mendekat ke kamera, namun ada yang beda kali ini. Ia terlihat kaget.

“NOMOR DELAPAN!” seru Karel.

“Gua suka kontol yang gede kaya begini di dalam gua,” kata Lisa.

Sambil memompanya dari belakang, Karel membungkuk dan bertanya tepat di telinga Lisa, “Elu suka kontol* sama kontol gede kan, Lisa?”

Lisa tidak memberi jawaban, jadi Rony berseru dari samping, “Nomor delapan!”

“Gua suka kontol yang gede kaya begini di dalam gua,” jawab Lisa.

Lisa masih bergoyang-goyang maju mundur di depan kamera karena hentakan pinggul Karel.

Karel membungkuk lagi dan tepat di telinga Lisa ia bertanya dengan keras sehingga semua orang di ruangan itu dan aku yang berada di ruang sebelah dapat mendengar, “Elu suka kontol gede gua ngentotin elu, kan?”

Tidak ada jawaban. Karel masih tetap membungkuk dengan mulutnya menempel di telinga Lisa sambil terus memompa penisnya ke dalam Lisa. Wajah Lisa tertunduk ke bawah menghadap meja. Karel menjambak rambutnya dan menarik wajahnya ke atas sehingga wajahnya kini memandang tepat ke kamera dan bertanya sekali lagi, “Elu suka kontol gede gua ngentotin elu, kan, Lisa?”

Lagi-lagi tidak ada jawaban. Rahang Lisa terkatup rapat dan goyangan tubuhnya semakin cepat karena Karel benar-benar memompa ke dalam tubuhnya dengan penuh tenaga. Lisa membuka matanya dan memandangi langit-langit, terlihat jelas ia berusaha untuk menoleh ke samping tetapi Karel mencengkram rambutnya kuat-kuat. Mulutnya masih berada di telinga Lisa dan terus berbicara kepadanya. Kini ia menggenjot sekuat yang ia bisa dan bertanya sekali lagi, “Elu suka kontol gede gue ngentotin elu, kan, LISA?”

Lisa berteriak dari balik rahangnya yang terkatup, “IYAAAA!” Tidak ada nomor yang disebut kali ini! Jawaban itu keluar dari dirinya sendiri! Ia pasti hanya mencoba menjawab apa yang mereka ingin dengarkan. Aku hanya bisa berharap itu.

“Sudah gua duga,” kata Karel. "Sekarang katakan sesuatu kepada suamimu yang sedang menonton kamu sekarang Lisa. Ayo cepat..." Kata Karel sambil terus menggoyang Lisa dengan cepat.

Dengan tubuh terguncang-guncang karena tengah di setubuhi Karel dari belakang, Lisa menatap sayu ke arah kamera. Dapat kulihat wajahnya yang cantik tengah di landa gairah. Aku yakin, dia tengah merasakan kenikmatan luar biasa saat ini.

"Bud..." Lisa memandangku melalui kamera dan memanggil namaku, Oh... ahh.., Bud. Kamu senang menyaksikan aku di entot orang lain Bud? Ohh..., terimakasih sayang.... Oh..., aku sangat menyukainya sayang. Kau juga kanhhh...ahh..."

Suara dalam kepalaku berteriak-teriak "IYA...!!! AKU MENYUKAINYA...!!!"

Karel lalu menyetubuhi Lisa dengan cepat lalu memisahkan diri dari Lisa. Ro kini yang maju.


“Nomor satu,” kata Ron.

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” rengek Lisa.

Aku dapat melihat bahwa Lisa sudah lelah tapi aku tahu Rony harus mendapat gilirannya juga. Ia menyuruh Lisa untuk berdiri lalu mereka menggeser meja itu ke samping, meninggalkan satu kursi di tengah-tengah dan Rony duduk di sana menghadap ke kamera. Ia menyuruh Lisa untuk melepaskan rok mininya sebagai pakaian terakhirnya dan ia menurut.

“Lisa duduk di pangkuan gua, menghadap ke kamera. Trus ngentotin gua, karena elu bilang elu horny,” perintah Rony. Ia menghampiri Rony, memutar tubuhnya menghadap kamera lalu duduk di pangkuan Rony. “Oh enggak dong, gua enggak suka becek yang bekas orang lain. Nomor sepuluh, Lisa.”

Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke arah monitor TV. “Gua mau dientot di anus,” katanya. Bahkan aku tidak pernah melakukan ini dengannya dan sekarang ia akan melakukannya dengan Rony, untuk pertama kalinya! Setelah mengecek keberadaan penisku di monitor TV untuk kesekian kalinya akhirnya ia dengan perlahan duduk di pangkuan Rony.

Rony mengarahkan penisnya ke liang duburnya. Aku dapat melihat semuanya dengan jelas. Tubuh Lisa basah oleh keringat sehingga pantatnya hanya bergerak turun secara perlahan menelan batang kemaluan Rony sampai ia duduk sepenuhnya di pangkuan Rony. Tentu dengan penis Rony bersarang di liang duburnya. Rony membuka kedua kaki Lisa lebar-lebar sehingga kami semua dapat melihat apa yang terjadi. Lalu ia memberi perintah, “Sekarang, ngentotin gua Lisa! Ayo, kasih pertunjukan yang bagus!! Gerakin tuh pantat secepat yang elu bisa!”

Dengan penis Rony di anusnya, Lisa mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan melingkar, Lisa mulai menunggangi Rony! Sementara Rony hanya duduk diam, istrikulah yang melakukan semua gerakan sensual itu. Mario mengambil buku itu dan menaruhnya di tangan Lisa lalu berkata, “Nomor sebelas.”

Gerakannya menjadi sedikit melambat agar dapat membaca tulisan itu lalu berkata, “Minta kontol lain dimasukin ke gua dong.” Penis Rony sudah berada di dalam anusnya, kini Karel maju di hadapannya, berdiri tegak. Karena terhalang punggung Karel, aku tidak dapat melihat apa-apa sekarang, kecuali kepalanya. Dan Karel segera mulai memompa tubuh Lisa. Kini ada dua penis yang masuk ke dalam tubuh istriku. Menerima dua penetrasi sekaligus, tubuhnya benar-benar lemas dan tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menghentikan ini semua!

Mario berjalan menuju ke wajahnya dan mengeluarkan penisnya ke arah mulutnya. Lalu Lisa mulai menghisap penis itu! Tidak ada nomor yang disebut, tidak ada perintah yang diucapkan, tidak ada apa-apa, dan ia langsung melahap dengan mulutnya. Dengan satu penis di dalam vaginanya, satu di dalam anusnya, dan satu di dalam mulutnya, Lisa mulai mendesah seperti kesurupan. Desahannya benar-benar keras, lagi dan lagi. “Mmmmppphhhhhh mmmpphhhhh….” Lisa sudah hampir berorgasme, lebih kuat dari yang pernah aku lihat sebelumnya, aku dapat melihatnya.

Tiba-tiba mereka semua menarik mundur dengan cepat meninggalkan Lisa dengan nafas yang memburu kencang dan hampir berorgasme. Ia menjadi gila. Ia memandangi mereka dengan terengah-engah lalu menghampiri mereka setelah mendapat kekuatan untuk melangkah. Namun Ron menghentikannya dan berkata, “Jangan! Pakai lutut elu dan merangkak ke sini!” Dan ia menurut. Istriku merangkak dengan perlahan menghampiri mereka tetap dengan wajah yang dikuasai birahi yang meletup-letup.

Mario meraih video kamera lalu menyorotnya dari atas. Lisa memandang ke atas ke arah lensa kamera. Karel menampar salah satu payudaranya. “Mmmmmppphhh” keluar dari mulut Lisa. Apakah ia suka? Satu tamparan lagi. “Mmmppphhh,” ia mengerang lalu meremas-remas payudaranya sendiri. Satu tamparan lagi dan Rony memberi perintah, “Jangan klimaks dulu!” Aku berharap mereka dapat membiarkannya berorgasme sehingga ia dapat segera berhenti bertingkah seperti itu.

Mario masih menyorot kamera itu dari atasnya, sementara Rony dan Karel mulai menampari wajahnya dengan penis mereka. Lisa meraih kedua penis itu dan mulai mengocoknya dengan tangannya. Aku tidak pernah melihat Lisa terangsang separah ini sebelumnya!

Karel dan Rony hanya berdiri saja sementara Lisa mengocok penis mereka. Dan kelihatannya mereka berdua sudah mau mencapai klimaksnya. Lisa merasakan hal ini dan memandangi bergantian satu penis ke penis yang lain, mencoba memilih penis mana yang harus dihisapnya sehingga ia dapat menelan semburan sperma panas dari penis mereka. Akhirnya ia menghisap kedua penis itu bergantian. Lalu mereka berdua mulai mengejang dan Lisa menjadi panik. Tak ingin kelepasan salah satu dari penis itu, akhirnya ia memasukkan kedua penis itu ke dalam mulutnya. Dan pada saat yang bersamaan, kedua penis itu meletup dan memuntahkan lahar sperma ke dalam mulutnya sampai penuh meluap. Walaupun ia berusaha untuk menelan secepat mungkin, masih saja lelehan sperma itu mengalir dari pinggir bibirnya.

Mario kemudian memberikan kamera itu kepada Karel lalu bermasturbasi di depan Lisa. Ia mencoba menghentikan Mario karena ia belum mencapai klimaks dan ia sangat butuh penis yang masih keras. Namun terlambat, Mario memuncratkan cairan spermanya ke seluruh wajahnya. Lisa mulai bermasturbasi lagi agar dapat mencapai klimaks, namun lagi-lagi Rony menghentikannya. Ia memerintahkan Lisa, “Sana masuk ke ruang keluarga dan selesaikan dengan suami elu. Kasih tau dia betapa elu suka menjadi jalang malam ini!”

Lisa berlari masuk dan menerjang tubuhku. Teriakanku tenggelam dalam suara musik yang keras. Karena tidak dapat bergerak dalam ikatan di kursiku, aku hanya duduk dan menerima goyangan istriku. Mario, Rony dan Karel pergi sementara Lisa menggenjot penisku. Lisa mengeluarkan kata-kata cabul dan mengatakan betapa terangsangnya dia lalu berorgasme dengan dahsyat! Ia turun dari tubuhku, melepaskan ikatan-ikatanku lalu tak sadarkan diri di lantai.

**********************************************************************

Butuh hampir satu bulan untuk memulihkan kehidupanku setelah lewat malam keparat itu. Aku sangat mencintai istriku sehingga aku harus menerima bahwa semua itu adalah salahku dan Lisa hanya melakukannya karena ia mencintaiku dan berpikir bahwa semua itu tak lain adalah keinginanku. Lisa sendiri tidak pernah menyinggung kejadian malam itu denganku. Dan kupikir selama aku tidak bertemu dengan Rony, Mario dan Karel lagi, semuanya akan berakhir sampai di sini. Namun setelah itu aku mendapat e-mail dari Rony.

E-mail tersebut berisi foto Mario sedang bersetubuh dengan istriku dari belakang. Foto ini diambil dari kejadian malam itu! Mario bukan hanya menggunakan kamera-kamera itu sebagai alat tayang pada malam tersebut melainkan ia juga menggunakannya sebagai alat rekam atas semua yang terjadi malam itu. E-mail itu juga berisi penjelasan bahwa jika aku tidak meminta satu permohonan kepada istriku, mereka akan menyebarluaskan seluruh video rekaman ke semua orang yang kami kenal. Teman kerja istriku, teman-teman kantorku, keluarga kami, semua orang! Permohonan yang mereka ajukan sederhana saja: Mereka ingin aku mengatakan kepada istriku bahwa aku sangat terangsang atas apa yang terjadi malam itu dan bahwa aku ingin ia mengenakan pakaian yang ia kenakan malam itu, membawa video kamera, datang ke rumah Rony, dan dalam beberapa jam itu ia harus menuruti semua perkataan mereka sama seperti yang ia lakukan di malam itu. Di e-mail itu dijelaskan pula bahwa selama Lisa melakukan semuanya itu mereka tidak akan menyebarkan video rekaman itu ke siapapun dan bahkan mereka mungkin memberikan video-video itu kepada istriku setelah selesai.

Aku harus menuruti permintaan mereka. Aku harus mendapatkan kembali video-video itu sehingga semua ini dapat berakhir. Memang memalukan namun aku memaksa diriku untuk datang ke istriku dan menjelaskan permintaanku untuk kali ini saja karena aku sangat terangsang dengan kejadian malam itu dan memastikan agar ia harus membawa balik video rekamannya. Kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia pergi adalah, "Aku melakukan ini semua hanya untukmu, Bud. Aku sayang kamu."

Empat jam kemudian istriku kembali dengan wajah yang sangat lelah dan rambutnya berantakan. Saat aku hendak memeluk dirinya ia menghentikanku. Lisa mencampakkan sebuah kaset video ke tanganku dan berkata, "Nih, ini yang kau inginkan." Tanpa berhenti, ia terus berjalan masuk ke kamar. Lisa benar-benar kesal memikirkan aku mengirimnya untuk melakukan ini semua. Namun sebenarnya aku hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami. Aku bergegas ke ruang keluarga dan memastikan bahwa kaset video ini benar-benar berisi kejadian malam permainan kartu itu.

Aku menarik kursiku mendekat ke TV dan menekan tombol "play". Setelah beberapa detik, pada layar TV-ku aku melihat sebuah ruangan namun bukan ruangan tempat kami bermain kartu! Yang kulihat adalah sebuah ruang keluarga dengan dua sofa dan sebuah meja di antaranya. Karel duduk di salah satu sofa itu dan Rony duduk di sofa lainnya, jadi aku menduga Mario-lah yang memegang kamera. Istriku berdiri di samping meja dan kelihatannya sedang berbicara dengan Rony namun aku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas karena Mario memegang kamera dari seberang ruangan. Video ini jelas-jelas bukan hasil rekaman malam itu! Mereka masih menyimpan kaset video tersebut dan mereka hanya memberikan hasil rekaman malam ini!

Perhatianku kembali ke layar televisi. Pengambilan gambar semakin mendekat saat Mario maju menghampiri mereka. Aku dapat mendengar suara Rony. "Jujur saja, gua ngga tau siapa, Lisa. Budi bilang dia akan mengirim seseorang datang kemari dan kita hanya boleh melakukan foreplay sampai orang itu datang." Lisa sangat kesal dan hal itu terlihat dari wajah Lisa yang termakan bualan Rony. Bagaimana bisa ia percaya aku mengirim seseorang ke sana sementara aku hanya menyuruhnya menuruti perkataan Rony, Mario dan Karel.

"Jadi sampai orang itu datang, apa yang ingin elu lakukan untuk foreplay, Lisa?" tanya Karel. Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa dan menunggu jawaban darinya. Lisa tidak menaruh minat sama sekali dan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya. "Apa saja. Tidak ada pengaruhnya denganku."

Rony membungkuk meraih kolong meja dan menarik sebuah tas. Lalu ia menjelaskan, "Elu kelihatannya bosan jadi lebih baik kita segera mulai aja permainan ini. Kita bermain Truth or Dare (Jujur Atau Tantangan)."

"Lalu tas itu buat apa?" tanya Lisa.

"Isi tas ini akan membantu kita melakukan foreplay," jawab Rony sambil mengosongkan isi tas tersebut ke atas bangku. Walau tak bisa melihatnya di layar TV, aku dapat mengira isi tas itu adalah berbagai jenis sex toy.

"Kami membeli mainan ini untuk membantu permainan Truth or Dare ini menjadi lebih menari," Rony menambahkan penjelasannya.

Rony melanjutkan lagi, "Aturannya adalah secara bergiliran kita akan mengajukan satu pertanyaan. Elu punya satu kesempatan untuk menjawab dan kalau kita pikir elu menjawab dengan jujur, elu bisa lanjut ke pertanyaan berikutnya tanpa harus melakukan tantangan. Tapi kalau elu menolak untuk menjawab atau kalau kita pikir elu berbohong berarti elu harus menjalankan tantangan dari orang yang sedang mendapat giliran bertanya."

Rony meletakkan tangannya di atas mainan-mainan itu, "Dan seperti yang sudah gua bilang, mainan ini untuk membuat tantangannya menjadi lebih menarik."

Lisa tidak menjawab dan hanya menunduk menatap barang-barang yang Rony maksud. Kemudian Mario pasti duduk di salah satu bangku di sana karena pengambilan gambar video tersebut sedikit bergerak turun namun aku masih belum dapat melihat sex toy yang berada di hadapan Lisa.

"Sebelum kita memulai ini, elu harus melepaskan BH dan celana dalam seperti malam itu," perintah Mario.

Istriku memasukkan kedua tangannya ke balik kaosnya dan melepaskan kait BHnya. Lalu ia menarik BH itu keluar tanpa memperlihatkan tubuhnya kemudian dengan hati-hati ia menurunkan celana dalamnya sambil memastikan roknya tetap pada tempatnya. Lisa masih mencoba mempertahankan harga dirinya walau Rony, Mario dan Karel jelas-jelas mempunyai maksud yang berbeda.

"Silakan duduk di atas meja supaya kita bisa langsung mulai," kata Rony.

Lisa menurut. Ia duduk di atas meja, menyilangkan kakinya lalu menurunkan ujung roknya untuk menutupi pahanya, memastikan Ronny tidak mendapat 'tontonan gratis'.

"Baik, gua mulai duluan!" kata Karel. "Lisa, elu pasti sudah menduga akan bermain seks dengan kita malam ini, jadi kenapa elu masih juga mengenakan BH dan celana dalam?"

Aku tidak dapat melihat wajah Lisa karena Mario duduk di seberang meja di hadapan Karel. Lisa menjawab, "Aku tidak keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam, Karel. Aku bukan pelacur!"

Rony lalu berkata, "Giliran gua. Ok, elu bilang kalau elu bukan pelacur tapi elu tetap datang kemari walau sudah tau bakalan berhubungan seks dengan kita, tiga laki-laki sekaligus dan elu sudah menikah. Pertanyaan gua: bukankah itu bisa dibilang pelacur?"

Lisa menoleh ke arah Rony dan dilihat dari raut wajahnya aku tahu ia marah sekali. "Tidak, itu tidak bisa dibilang pelacur! Aku melakukan semua ini untuk suamiku dan hanya itu saja alasanku!" jawab Lisa dengan suara yang keras.

Mario menginterupsi ketegangan suasana tersebut, "Ah terserah deh, sekarang giliran gua. Lisa, waktu malam itu dari antara kita, elu paling suka berhubungan seks sama siapa? Gua, Karel atau Rony?"

Istriku menundukkan kepala sejenak lalu kembali memandang Mario yang sedang mengambil gambar dengan kamera video di wajahnya. Lisa memandang langsung ke lensa kamera seakan-akan ia sedang memandang langsung ke arahku. "Elu, Mario, Ok? Itu kan yang elu mau dengar?" katanya dengan nada kesal.

"Ah gua bilang dia bohong! Dia jelas-jelas paling suka sama gua!" teriak Karel.

"Gua juga ga setuju," tambah Rony.

Mario lalu berkata, "Hei, gua sih percaya sama kata-kata elu, tapi elu tetap harus menjalankan tantangan karena mereka pikir elu berbohong."

Mario memandang tumpukan sex toy di atas bangku dekat Rony dan meraih salah satu mainan. Saat ia mengangkat tangannya aku melihat ia memegang sebuah penis dari karet. "Gua tantang elu untuk mengoral dildo ini selama 2 menit," perintahnya.

Lisa mengerling dan menjawab dengan pelan, "Baik."

Lalu Lisa mendekati kamera untuk mengambil dildo tersebut dari tangan Mario tapi ia berkata, "Eh bukan begitu, gua akan pegang ini selama elu melakukannya."

Mario memegang dildo itu dengan satu tangan sementara tangan lainnya masih memegang kamera. Wajah istriku mulai memenuhi layar TV saat ia membungkuk menghampiri penis palsu itu. Lisa memasukkan ujung dildo itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya dengan perlahan keluar masuk. Setelah beberapa kali hisapan Lisa mulai melahap hampir setengah panjang dildo itu.

"Elu bisa melakukannya dengan lebih hot, Lisa. Ayo dong!" seru Karel.

Lisa berhenti barang satu atau dua detik lalu dengan sangat perlahan ia mendorong seluruh panjang dildo itu masuk ke dalam mulutnya sampai ke batas di mana tangan Mario memegang dildo itu.

Lisa menarik mundur kepalanya sehingga dildo itu keluar dari mulutnya dengan perlahan lalu mendorong lagi kepalanya sehingga bibirnya menyentuh jari-jari Mario. Begitu seterusnya kepala Lisa naik turun dan seluruh panjang dildo itu keluar masuk mulutnya.

"Satu menit lagi, Lisa. Tatap gua selama elu menghisap dildo ini."

Air ludah Lisa mulai meleleh ke jari-jari Mario yang memegangi dildo itu dan selama satu menit berikutnya aku harus menyaksikan pengambilan close up wajah istriku yang sedang mengoral penis palsu yang dipegang Mario sambil matanya menatap ke lensa kamera.

Karel akhirnya menyatakan bahwa waktunya sudah habis dan kini gilirannya lagi. "Lisa, berapa ukuran BH elu?" tanyanya.

Istriku menjawab pertanyaan mudah ini dengan cepat, "34C."

Mereka sepakat bahwa Lisa menjawab dengan jujur.

"Dengan ukuran 34C, elu bisa menghisap puting elu sendiri dong?" tanya Rony.

Lisa menoleh ke arah Rony dan kelihatannya ia mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Setelah mengambil beberapa saat untuk memutuskan jawaban yang paling tepat akhirnya ia menjawab, "Iya, aku bisa."

Mario dan Karel langsung memprotes dan berkata bahwa mereka pikir Lisa berbohong dan harus melakukan tantangan dari Rony.

"Oke, untuk membuktikan ini, gua menantang elu untuk memasukkan salah satu puting susu elu ke dalam mulut elu, terus tanpa menggunakan tangan elu harus menahannya selama satu menit di dalam mulut elu," perintah Rony.

Lisa mendesah panjang sambil matanya melirik ke atas selama sesaat. Lalu ia mengangkat bagian bawah kaosnya ke sekeliling lehernya. Kedua payudaranya terpampang di hadapan semua yang berada di dalam ruangan itu! Lisa mendorong payudara kanannya ke arah mulutnya. Jarak antara payudara dan mulutnya masih jauh sehingga istriku harus menundukkan kepalanya dan menekan payudaranya sedikit lebih tinggi. Baru setelah itu ia dapat memasukkan puting susunya ke dalam mulut.

"Tanpa bantuan tangan!" teriak Rony.

Perlahan-lahan Lisa menurunkan tangannya sementara berusaha menahan puting susunya di dalam mulutnya dengan menghisapnya dengan kuat. Hanya dalam beberapa detik setelah menurunkan tangannya, Lisa mengeluarkan suara "Mmph" kecil setelah menyadari bahwa dirinya harus menghisap lebih kuat dari yang ia duga.

Pipinya kini menjadi kempot dan aku dapat mendengar deru nafas melalui hidungnya sementara ia bergumul untuk menahan putingnya.

Setelah satu menit berada di posisi yang memalukan, Lisa akhirnya diijinkan untuk melepaskan payudaranya. Lisa segera menurunkan kaosnya untuk menutupi dadanya.

Kini giliran Mario dan ia baru saja hendak melemparkan pertanyaan kepada Lisa saat bel rumah berbunyi. Lisa hendak bangkit berdiri dari meja namun Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di sana. Lisa jelas-jelas kelihatan gugup dan cemas. Lalu ia menatap ke bawah untuk memastikan tubuhnya sudah tertutup dengan benar. Semuanya tertutup dengan benar hanya saja istriku tidak dapat berbuat apa-apa untuk menutupi puting susunya yang keras menegang terlihat menonjol dari balik kaosnya.

Karel berteriak, "Ayo masuk, pintunya tidak dikunci!"

Setelah itu aku melihat mulut istriku tiba-tiba menganga terbuka saat ia melihat siapa yang baru saja masuk.

Lisa langsung memalingkan wajahnya dari orang itu dan mengarahkan pandangannya ke Rony lagi. Ia terlihat sangat malu. Ia menutup kedua matanya seakan berusaha untuk berharap agar semuanya langsung berakhir. Rony memandang ke orang tersebut dan menyuruhnya untuk masuk bergabung dengan mereka. Begitu figur orang itu masuk ke dalam layar TV, aku masih tidak dapat melihat siapa dia karena yang dapat kulihat hanyalah bagian pinggang ke bawah dari orang tersebut. Akan tetapi setelah itu Mario mendongakkan kameranya dan aku dapat melihat orang itu!

Laki-laki itu adalah anak umur 18 tahun tetangga kami! Berandalan remaja yang istriku benci ini berdiri di hadapan kamera dengan senyum bodohnya! Sekarang pasti istriku tahu bahwa sebenarnya aku tidak mengirim berandalan karena kami berdua tidak menyukainya.

Andi adalah satu dari anak-anak bermasalah yang memasang musik keras-keras, menggunakan kata-kata kotor di manapun ia berada dan tidak pernah menunjukkan respek kepada orang lain. Rony tahu beberapa kali kami harus memanggil pihak berwenang saat pesta yang ia adakan di rumahnya menjadi tak terkontrol. Jadi aku menatap layar TV dengan penuh percaya diri bahwa istriku tidak akan jatuh pada perangkap ini.

Kemudian Karel berakting seakan-akan ia tidak mengenal Andi dan memintanya untuk memperkenalkan diri pada mereka semua. Setelah Andi memberikan cerita omong kosong tentang aku mengirimnya ke sana, Rony menegur Lisa bahwa ia telah berlaku tidak sopan dan menyuruhnya untuk berbalik badan dan menyapa Andi.

Istriku membalik badannya dan memandang Andi yang masih berdiri di sana dan menyapa, "Hai."

Lisa benar-benar kesal dan aku yakin kali ini sudah melewati batas toleransinya!

"Halo, Bu Lisa," sapanya balik.

"Ah elu pakai 'Bu' segala! Panggil Lisa saja, cukup," protes Rony. "Dia baru umur 32 jadi ga perlu dipanggil 'Bu'. Lagipula, elu tau kan kenapa elu dikirim ke sini?"

"Yah, kira-kira gua udah ada gambaran sih dari omongan Budi waktu dia menyuruh gua datang ke mari," jawab Andi.

Istriku menatapku dengan memandang ke arah kamera dan memberikan pandangan kecewa kepadaku.

Rony bertanya, "Jadi, Lisa, bagaimana kalau elu kasih tau Andi untuk apa dia datang ke mari?"

Istriku menunggu beberapa detik untuk menenangkan dirinya dan berkata, "Kita sedang bermain Truth or Dare, hanya itu yang aku tahu."

Lisa mencoba berlagak lugu dan tidak mempermalukan dirinya dengan mengatakan alasan yang sesungguhnya kepada Andi bahwa ia berada di sana untuk menyetubuhinya.

Rony lalu berkata, "Oh, iya, Truth or Dare, benar. Andi, ayo tarik bangku satu lagi jadi kita bisa melanjutkan permainan ini. Tapi ambilkan bir dulu dong buat kita semua. Birnya ada di dapur."

Dua menit kemudian Andi kembali membawa sebuah kursi dan duduk di tempat ia berdiri sebelumnya. Lisa kini dikelilingi oleh seorang laki-laki di masing-masing sisi meja. Rony duduk di depannya, Mario di sebelah kiri, Karel di sebelah kanan dan Andi duduk di belakangnya. Setelah Andi membagikan bir kepada mereka, dengan cepat-cepat Mario menjelaskan peraturan permainan ini karena ia sudah ingin kembali melanjutkan permainan ini yang mana kini adalah gilirannya untuk bertanya.

"Oke Lisa, elu ngga benar-benar mengatakan alasan Andi datang ke mari. Jadi pertanyaan gua adalah: Mengapa Andi datang ke sini?" tanya Mario.

Lisa memandang ke bawah dan menutup matanya, mencoba untuk mencari jawaban yang paling pas. Jika istriku menjawab bahwa ia tidak tahu maka mereka pasti akan mengatakan bahwa ia berbohong dan akan menyuruhnya untuk melakukan tantangan. Namun jika istriku mengatakan alasan yang sebenarnya maka ia akan mempermalukan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya akan berhubungan seks dengan anak berandalan dari sebelah rumah! Lisa membutuhkan waktu hampir satu menit untuk memutuskan apa jawaban yang akan ia berikan. Lalu ia memandang Mario dan menjawab, "Aku rasa untuk bermain Truth or Dare?"

Sudah jelas Lisa tidak dapat menerima dirinya dipermalukan dengan mengatakan bahwa Andi ada di sana untuk berhubungan seks dengannya.

Sudah tentu mereka tidak percaya karena mereka sadar bahwa Lisa tahu jawaban yang sesungguhnya. Jadi Mario memberinya tantangan, "Elu nakal, ya, masih juga berbohong sementara kita tahu jawaban yang sebenarnya. Jadi tantangan ini merupakan hukuman karena sudah berlaku nakal. Gua menantang elu untuk berbaring menghadap ke bawah di atas meja dan meminta kita untuk menampar pantatmu."

Lisa memejamkan matanya dan terlihat tak berdaya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, dengan perlahan ia berbalik dan berbaring di atas perutnya sambil memastikan kaos dan roknya masih menutupi bagian-bagian tubuhnya.

Mario mengarahkan kameranya ke arah pantat Lisa dan berkata, "Yah, untuk ini elu harus membuka rok elu, Lisa."

Istriku meraih bagian belakang roknya dan dengan perlahan ia mengangkatnya sampai kedua bulatan pantatnya terpampang di hadapan mereka.

"Oke, kita sudah siap. Silakan, Lisa," perintah Mario.

"Tolong tampar pantat aku," pinta istriku.

Rony menyela, "Bukan, bukan! Tantangannya adalah elu harus meminta setiap dari kita untuk menampar pantat elu. Jadi itu yang harus elu katakan. Ayo, Lisa, cepat supaya semua ini bisa berlalu."

Lisa langsung berseru balik kepada Rony dengan nada kesal, "Ya sudah! Rony, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Rony menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia terlonjak kaget.

Setelah beberapa saat, "Karel, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Karel juga menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia melenguh "mmph" menahan pedih.

Nafas Lisa menjadi berat lalu berkata, "Mario, tolong tampar pantatku."

Mario meletakkan kamera di atas kursinya sehingga ia dapat menampar pantat Lisa. Aku tidak dapat melihat mereka namun aku mendengar suara tamparan yang paling keras.

PLAKK!!! Dan Lisa mengaduh kesakitan, "Aawww!!"

Mario lalu duduk kembali dan menggunakan kamera untuk men-zoom ke daerah pantatnya.

Pantat kiri istriku sangat merah sedangkan pantat kanannya masih putih.

Kemudian Lisa berkata, "Andi, tolong tampar pantatku."

Andi meletakkan tangannya di atas pantat kiri Lisa yang merah. "Elu harus memohon," katanya.

"Aku mohon, Andi, tolong tampar pantatku," kata Lisa sekali lagi.

PLAK!! Andi menampar keras pantat kiri Lisa dan menahan tangannya di sana lalu meremas pantat istriku dengan sepenuh tenaga. Istriku memberi respon dengan mengeluarkan lenguhan panjang, "Mmmmmmphhh!" sampai akhirnya Andi melepaskan remasannya.

Karel menyatakan bahwa kali ini adalah gilirannya saat istriku bangkit lalu duduk sambil menurunkan roknya kembali untuk menutupi tubuhnya.

"Lisa, elu kan tinggal bersebelahan dengan Andi. Pernah ngga elu berpikiran untuk berhubungan badan dengan dia?" tanya Karel.

Aku tidak dapat melihat reaksi wajah Lisa karena wajahnya menghadap ke Karel namun aku dapat membayangkan wajah Lisa yang penuh kejijikan saat itu.

"Ngga, Karel! Aku tidak pernah berpikir tentang hal itu, sama sekali!" jawab Lisa dengan tegas.

Tidak ada seorangpun yang tidak setuju dengan pernyataan Lisa dan sekarang tiba giliran Rony.

"Oke, Lisa, mungkin memang benar kalau elu ngga pernah benar-benar memikirkan hal itu sebelumnya. Tapi sekarang setelah elu tau apa maksud kedatangan Andi ke sini, apa yang elu pikirkan sekarang? Apa yang elu pikirkan dengan mengetahui fakta bahwa pada akhirnya elu akan berhubungan badan dengan tetangga elu?" Rony bertanya saat Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa.

Istriku menoleh ke Rony dan berseru, "Pertama-tama, dia bukan tetanggaku. Dia cuma anak tetanggaku yang masih ingusan! Jadi aku tidak memikirkan hal ini sama sekali!" Lisa terlihat sangat amat marah sekarang.

Rony menyatakan bahwa ia berpikir Lisa berbohong. "Bohong! Elu pasti berpikir banyak tentang hal ini, Lisa. Elu pasti berpikir betapa canggungnya harus bertemu Andi di lingkungan rumahmu setelah dia mengentot elu," bantah Rony tanpa perasaan.

"Atau berpikir suami elu bisa menjadi cemburu karena anak yang baru mengentot istrinya tinggal di sebelah rumah," tambah Karel.

Mereka semua setuju bahwa Lisa berbohong dan Rony mendapat kesempatan untuk memberi tantangan.

"Lisa, gua mau elu baca sesuatu untuk Andi," kata Rony begitu a mengambil secarik kertas lalu mulai menulis sesuatu di atasnya. Satu menit berlalu, ia menyerahkan kertas itu kepada Lisa dan berkata, "Ini, tantangan gua adalah elu harus membacanya kepada Andi. Tapi elu harus menatap wajah dia saat elu membacakan tulisan itu. Jadi baca satu baris lalu katakan ke Andi sambil memandang wajahnya lalu baca baris berikutnya dan seterusnya sampai selesai," katanya lagi.

Istriku membaca isi kertas itu dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan Andi dan mendongakkan kepalanya. "Andi, walau sejak lama gua udah bertingkah terhadap elu, gua selalu pengen dientot sama elu." Istriku mengucapkannya ke wajah anak berandalan itu!

Lisa menundukkan kepalanya lalu mendongak lagi untuk meneruskan bacaannya. Tapi Rony menyelak, "Elu harus mengucapkan lebih dekat lagi, muka dengan muka, dekati muka elu dengan muka dia."

Lisa beringsut ke ujung meja dekat Andi dan mencondongkan tubuhnya mendekat sehingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Andi. Lalu ia lanjut membaca kalimat dari kertas itu dan mengucapkannya sambil menatap mata Andi, "Gua mau elu ngentotin gua dengan penuh nafsu supaya gua selalu memikirkan elu waktu gua ada di rumah." Ia benar-benar mengatakannya!

Istriku menundukkan kepalanya untuk membaca lagi, menunggu beberapa detik lalu mendongak untuk mengatakan, "Gua mau elu ngentotin gua sekarang juga, Andi."

Andi bangkit berdiri dan menurunkan celana jeansnya lalu melepaskan celana dalamnya. Penisnya sudah keras dan membesar terlihat jelas di layar TV. Andi menarik kaki istriku melewati ujung meja sehingga istriku terbaring terlentang di atas meja. Saat Andi menarik tubuh istriku mendekatinya, rok istriku tersingkap sampai ke atas pinggang dan tidak menutupi apa-apa lagi!

Istriku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk menenangkan dan mempersiapkan dirinya untuk disetubuhi oleh remaja berandalan tetangga kami! Andi menaruh kaki Lisa di kedua pundaknya lalu membuka paha istriku. Andi sudah hampir mengentoti istriku!

Kemudian Andi membiarkan kedua kaki istriku turun ke atas meja lalu menarik tubuhnya sehingga Lisa berada dalam posisi duduk.

"Begini deh, Lisa. Walau elu bilang kalau elu mau gua entotin elu sekarang, gua akan kasih elu kesempatan untuk lepas dari tantangan itu. Tapi itu pun kalau elu mau. Karena gua tau tantangan tersebut akan membuat suasana jadi canggung antara kita pada kemudian hari," Andi menjelaskan.

Mata istriku bersinar penuh harap. Lalu Andi melanjutkan, "Gua akan kasih elu waktu 5 menit untuk mengocok, mengoral penis gua, terserah apa saja yang bisa elu lakukan. Kalau elu bisa bikin gua sampai ngecrot dalam waktu 5 menit itu, kita hentikan semua permainan ini dan elu boleh pulang. Bagaimana?"

Aku mendengar suara Rony terdengar dari samping, "Nah, ini baru asik nih. Tunggu, tunggu, kita akan mulai setelah dia siap. Bagaimana Lisa, elu sudah siap? Elu punya waktu 5 menit untuk membuat Andi klimaks atau dia bakal ngentotin elu."

Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa saat Karel berkata, "Oke, mulai.... sekarang!"

Istriku meraih penis Andi yang sudah menegang dan mulai mengocoknya dengan perlahan. Setelah sekitar 30 detik, Lisa mulai mengocoknya dengan lebih cepat berharap dapat mendorong Andi mencapai klimaks.

"Empat menit lagi," Rony mengumumkan sisa waktu. Lisa menatap penis Andi dan mulai mengocok dengan lebih cepat lagi.

Lalu Lisa menarik rambutnya ke salah satu sisi wajahnya lalu membasahi bibirnya. Dia hendak menghisap penis Andi! Istriku membungkukkan tubuhnya lalu melahap penis tersebut masuk ke dalam mulutnya. Dengan penis Andi di dalam mulutnya, kepala Lisa bergerak naik turun perlahan selama hampir satu menit. Kemudian ia berhenti mengoralnya dan mulai mengocok penis itu dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi untuk melihat apakah ia sudah hampir mencapai klimaks.

"Dua menit lagi!" teriak Rony.

Istriku menungging dan melahap penis Andi lagi dengan mulutnya. Kali ini ia memasukkan penis itu lebih dalam sehingga seluruh panjang penis Andi masuk ke dalam mulut Lisa setiap kali kepala Lisa bergerak turun. Gerakan naik turun kepala Lisa semakin lama menjadi semakin cepat sementara air liurnya mulai meleleh dari ujung mulutnya.

"Sisa waktu elu tinggal 1 menit, Lisa!" kata Rony.

Hampir putus asa, Lisa menarik ujung kaosnyanya ke atas dan menekan penis Andi masuk ke antara payudaranya. Dari samping Lisa menekan kedua payudaranya sehingga menggepit penis Andi dengan mantap dan mulai menggerakkan tubuhnya naik turun seakan mengocok penis tersebut dengan payudaranya.

Lisa sedang berusaha sedemikian rupa agar berandalan ini ejakulasi sehingga ia tidak perlu berhubungan seks dengannya!

"Tiga puluh detik lagi! Ayo!" teriak Rony. Istriku menghentikan usahanya dengan payudaranya dan mulai mengocok penisnya dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi.

Lisa memohon kepada Andi dengan putus harap, "Ayo Andi! Elu tahu kalo elu mau klimaks. Ayo lepasin aja! Semprot sekarang! Lihat, gua sudah menunggu," Lisa memohon dengan membuka mulutnya tepat di depan kepala penis Andi.

Ia sudah mencoba segalanya namun Rony mengumumkan bahwa waktunya sudah habis. Dengan nafas memburu, Lisa melepaskan penis Andi dengan kecewa.

Andi memandang Lisa dan berkata, "Jangan kuatir, gua akan ngecrot kok nanti, Lisa."

Andi menarik kaki Lisa sehingga tubuhnya terbaring terlentang di hadapannya. Lalu ia meletakkan masing-masing kaki Lisa di atas bahunya sehingga pahanya terbuka. Istriku terbaring terlentang menatap langit-langit, menunggu dientot Andi dan tidak ada yang dapat menghentikannya sekarang!

Lalu Andi berkata, "Elu bisa masukin sekarang, Lisa!"

Dengan tangannya, istriku meraih penis Andi dan menggiringnya masuk ke dalam tubuhnya! Punggung Lisa meliuk naik saat Andi mendorong masuk seluruh penisnya dengan gerakan perlahan. Setelah itu Andi, bocah ingusan tetangga sebelah, mulai mengentot istriku! Mata Lisa terbuka menatap langit-langit sementara tubuhnya bergoyang-goyang seirama dengan gerakan pinggul Andi. Aku dapat mendengar suara kulit menghajar kulit.

Setelah sekitar lima menit, Andi membungkuk, menempelkan tubuhnya ke atas tubuh istriku sehingga menekan kedua pahanya ke dadanya. Kini muka bertemu muka, Andi memagut bibir istriku dan menciumnya dalam-dalam sambil mengentot istriku dengan gerakan lembut. Istriku mulai mengerang-erang namun suaranya tertahan oleh mulut Andi.

"Dia mulai panas!" kata Rony.

"Iya, seperti waktu itu. Gua udah tau deh!" tambah Karel.

Gerakan pinggul Andi semakin cepat. Ia menghentikan ciumannya sehingga ia dapat memandangi wajah Lisa. Istriku sudah basah oleh keringat dan nafasnya sudah memburu.

Mario men-zoom kamera sampai wajahnya memenuhi layar TV. "Ngomong sesuatu ke suami elu yang nonton video ini di rumah, Lisa," perintahnya.

Istriku menoleh dan menatap ke lensa kamera namun tidak berkata apa-apa.

"Ayo dong, ngomong apa aja!" teriak Andi dan setelah itu terdengar sebuah tamparan.

Lisa memejamkan matanya menahan perih lalu membuka matanya lagi menatap ke arahku.

"Aku harap...(hhh)... kamu... (nhhh)... kamu senang... (hhhh)...," ucap istriku dengan nafas mendesah. Lalu ia memalingkan wajahnya. Ia benar-benar kesal denganku dan aku tidak dapat menyalahkan dia. Aku seharusnya tidak mengirimnya ke rumah Rony dan kini aku harus membayar dengan harga yang mahal.

Dengan tubuhnya berada di atas tubuh istriku, Andi terus memompa penisnya keluar masuk vagina Lisa yang membuat nafas istriku semakin memburu. Sesekali terdengar desahan Lisa di tengah nafasnya yang menderu.

Lalu Andi bertanya, "Apa elu sudah siap untuk berorgasme, Lisa?"

Andi mulai memperlambat gerakan pinggulnya namun mendorong penisnya masuk dengan lebih bertenaga.

Di antara nafas yang terengah-engah, istriku menjawab, "Iya... (mmhhh)... lakukan... (hhhh)... selesaikan... (ahhh)...."

Akhirnya Andi terlihat seperti sudah hampir mencapai klimaks. Satu dorongan panjang masuk ke dalam istriku, Andi menahan penisnya di dalam tubuh Lisa. Istriku mulai menggeliat dan mendesah panjang. "Gua belum selesai!" kata Andi.

Ia mengeluarkan penisnya dari dalam tubuh Lisa dan membalik tubuh Lisa ke posisi doggie-style!

Dalam posisi merangkak, istriku menunggu Andi mengentotnya dari belakang.

"Tampar pantatnya! Dia suka tuh!" teriak Mario.

"Bener nih?" Andi bertanya kepada Lisa.

Andi menampar keras pantat Lisa! PLAK! Dan sekali lagi.

"Lisa, elu suka ini?" tanyanya lagi. PLAK!

Istriku membuka suara untuk menghentikan pelecehan ini, "Balik ke seks aja deh, Andi."

PLAK!! Tangannya menampar pantat Lisa sekali lagi. "Oke, kalau begitu masukin lagi!" perintah Andi.

Aku harus menyaksikan istriku meraih ke belakang dan menarik penis Andi masuk ke dalam tubuhnya!

Andi memegang pinggul Lisa dan dengan kedua tangannya menggerakkan pinggul Lisa sehingga Lisa mengentoti penis Andi dalam posisi doggie-style. Karel lalu berkata bahwa ia sudah tidak tahan dengan hanya menonton. Lalu ia menanggalkan celananya. Ia berjalan mengitar dan menukar tempat dengan Rony sehingga ia berhadap-hadapan dengan kepala istriku. Karena sedang menunduk, Lisa tidak mengetahui kalau Karel sedang berdiri di depannya dengan penis yang menantang.

Lalu Andy menjambak rambut Lisa dan menariknya ke belakang sehingga memaksa kepalanya mendongak dan menatap tepat penis Karel. Karel meraih penisnya dan menamparkannya ke wajah Lisa beberapa kali sampai akhirnya Lisa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya.

Mario bergerak mundur sehingga dapat mengambil seluruh adegan ini dalam satu layar dimana istrku dalam posisi merangkak dientot dari depan belakang oleh Karel dan Andi. Lisa terhimpit di tengah-tengah dua penis dan sekarang sudah mengerang-ngerang dengan suara keras.

Setiap kali Andi menghujamkan penisnya ke dalam tubuh istriku dari belakang, Lisa terdorong ke depan sehingga penis Karel amblas masuk sampai ke kerongkongannya. Setelah dua menit berlalu aku dapat mendengar desahannya berubah menjadi suara tersedak dan liur mulai menetes dari dagunya. Lisa akhirnya berhenti mengoral Karel. Ia menatap Karel dengan pandangan memprotes dan berkata, "Sudah cukup. Gua ngga bisa nafas nih!"

Rony lalu maju dan mencengkram wajah Lisa dan berkata, "Wah, elu salah! Elu masih harus menservis dua penis lagi setelah mereka berdua puas." Kepala istriku jatuh lunglai dengan pasrah mendengar perkataan Rony. Sementara itu Rony dan Mario mulai menanggalkan celana mereka.

"Kelihatannya masih banyak proyek yang harus elu selesaikan," kata Mario saat Lisa menyadari kini di dalam ruangan itu ada empat penis yang tegang dan mengeras yang menunggu dipuaskan olehnya.

Lalu Andi menukar posisi dan kini ia berbaring di atas meja dengan istriku berada di atasnya. Saat istriku menggenjot penis Andi, Rony mengambil posisi di belakang mereka lalu mulai menekan penisnya ke anus Lisa dari belakang.

Lisa mengeluarkan suara dengan keras, "Uhhmmmpphh...," saat kedua lubang dalam tubuhnya dimasuki oleh penis Andi dan Rony. Sementara itu Karel masih berdiri di depan Lisa menunggu istriku menuntaskan oral yang terhenti tadi. Akan tetapi kepala Lisa masih tertunduk lunglai dengan desahan-desahan terdengar keluar dari mulutnya akibat dua penetrasi yang sedang diterima tubuhnya.

Akhirnya Karel bosan menunggu lalu menarik tangan kanan istriku untuk menggenggam penisnya yang sudah keras. Dengan hati-hati Mario menaruh kamera di atas kursi sehingga dapat mengambil seluruh adegan itu. Lalu ia berjalan menghampiri mereka dan meraih tangan kiri istriku untuk menggenggam penisnya.

Dientot dua penis sekaligus dan menahan seluruh berat tubuhnya dengan penis yang berada di kedua genggamannya, sungguh membuat birahi dalam tubuhnya meletup-letup! Lisa mulai berteriak dengan keras sementara dengan penuh nafsu mengocok kedua penis Karel dan Mario. Andi dan Rony sudah tidak lagi menggerak-gerakkan pinggul mereka karena istrikulah yang menggenjot pinggulnya sehingga kedua penis mereka bergerak keluar masuk tubuhnya! Aku tahu Lisa akan segera mencapai orgasme dan aku belum pernah melihatnya senafsu ini!

Penis Mario mulai menyemprotkan sperma dari kocokan istriku dan ia menundukkan kepalanya untuk menjilati sperma yang keluar. Lisa masih berada di kondisi hampir orgasme saat penis Karel juga menyemburkan lelehan sperma dalam jumlah besar yang hampir semuanya dapat ia tangkap di dalam mulutnya.

Lalu dengan kedua tangannya masih menggenggam penis Karel dan Mario, penis Andi berada di dalam vaginanya, dan penis Rony berada di dalam anusnya, serta mulut penuh dengan sperma, orgasme Lisa meledak dengan dahsyat.

"OOAHHHHGG... GILAAAAAA!!!" teriak istriku selagi tubuhnya menggelepar-gelepar karena tidak dapat menahan dentuman orgasme yang menghantam tubuhnya bertubi-tubi.

Andi menghujamkan dorongan terakhir dan menumpahkan muatan spermanya di dalam vagina Lisa dan tak lama setelah itu tubuh Rony pun mengejang. Lisa merasakan cairan sperma Rony meletup-letup di dalam anusnya.

Lalu istriku mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah dapat aku lupakan. "OOOOHHH... GILLAAAA... enak bener ngentotnya!!!" Ia mengatakannya dengan cepat namun aku mendengarnya!

Mereka semua mundur dari tubuh Lisa meninggalkannya tergeletak di atas meja terengah-engah kelelahan.

Mario mengambil kamera, berjalan mengitari meja dan menyorot selangkangan Lisa di mana lelehan sperma keluar dari anus dan vaginanya. Lalu ia berjalan ke depan dan menyorot wajah istriku yang juga dipenuhi oleh cairan sperma di pipi dan dagunya.

Mulut Lisa menganga untuk membantu menyedot udara di tengah nafasnya yang terengah-engah. Rony menghampiri telinga Lisa dan berkata, "Ayo ngaku, Lisa, elu belom pernah orgasme sehebat ini, kan?"

Lisa hanya mengeluarkan erangan kecil dan terus berusaha untuk menenangkan deru nafasnya.

Rony berseru bahwa ia tidak dapat mendengar jawabannya. "Ayo ngaku aja, Lisa!"

Kemudian istriku memutar tubuhnya sehingga ia terbaring terlentang di atas meja. Dadanya bergerak naik turun dan kembang kempis seiring dengan nafasnya yang tidak kian mereda. Lisa akhirnya menjawab di tengah nafasnya yang menderu, "Iyah... (hmhh) oke... (hhh) gua belum pernah... (ohhhh)"

Lalu rekaman video itu selesai! Aku tidak dapat mempercayai isrtiku berkata kepada anak berandalan tetangga sebelah bahwa ia mendapat orgasme yang lebih hebat dengan dia dibanding dengan diriku! Aku terduduk di kursi dengan pikiran yang berkecamuk. Aku tahu Lisa melakukan ini semua karena ia berpikir aku menginginkan ia melakukannya, tapi apakah ia benar-benar menikmatinya? Aku terlelap dan bermimpi semua ini akan segera berakhir.